Harga Emas Rekor Terus, ANTM - UNTR Bakal Jor-joran Bagi Dividen?

7 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua tahun terakhir ini harga komoditas emas mengalami kenaikan cukup signifikan dan terus menembus rekor. Berkat itu, saham related logam mulia cukup diuntungkan dan harapannya bisa membagikan dividen yield menarik.

Merujuk data Refinitiv, pada perdagangan Selasa kemarin (22/4/2025) secara intraday harga emas dunia (XAU) sempat menyentuh level tertinggi di US$ 3.500 per troy ons. Posisi ini menjadi level tertinggi emas sepanjang masa.

Setelah menyentuh harga itu, emas pun mulai kontraksi. Pada Rabu hari ini (23/4/2025) harga emas menyentuh US$ 3.308,89 per troy ons, sejak pembukaan terkoreksi 2,16%.

Meski mulai koreksi harga emas masih dalam tren kenaikan dan memilki potensial upside lebih tinggi seiring dengan indeks dolar AS atau DXY yang terus melandai, ditambah prospek penurunan suku bunga acuan di berbagai negara, termasuk the Fed dan Indonesia pada tahun ini.

Selain itu, efek tarif Trump yang membuat dunia menghadapi risiko perlambatan ekonomi juga membuat emas masih menjadi aset yang diburu sebagai lindung nilai atau hedging.

Berkat itu, sejumlah emiten yang memiliki bisnis emas ikut diuntungkan dengan potensi peningkatan pendapatan.

Berikut kami mengumpulkan deretan emiten yang memiliki bisnis emas. Paling teratas ada PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) diketahui memiliki porsi bisnis seluruhnya berasal dari logam mulia, diikuti emiten miliki grup Bakrie dan Salim, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dengan kontribusi segmen emas sampai 98% dari pendapatan.

Posisi ketiga dengan pendapatan emas terbanyak ditempati PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan porsi mencapai 81%, lalu posisi ke-empat ada PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) sebanyak 50%.

Dua terakhir yang paling buncit porsinya ada PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) sebanyak 10% dan PT United Tractors Tbk (UNTR) 7%.

Hal itu kemudian tercermin pada harga saham yang melesat. Jika ditarik sejak awal tahun, saham ARCI dan ANTM tercatat mengalami kenaikan paling signifikan sampai lebih dari 30%.

Berkat itu, investor juga berharap dividen yang akan diberikan dari sederet emiten itu juga akan atraktif. Kami mengamati ada dua emiten yang potensial membagikan dividen dalam jangka waktu pendek ini, diantaranya ANTM dan UNTR :

1. ANTM

Pertama, dari ANTM terlebih dahulu, pada tahun lalu memiliki riawayat membagikan dividen payout ratio (DPR) sampai 100%. Alias seluruh laba yang didapatkan sepanjang tahun 2023 diberikan semua sebagai dividen.

Total dividen yang akan ANTM bagikan untuk tahun buku 2023 adalah sebesar Rp3,08 triliun atau sebesar Rp 128,07 per lembar saham. Jika melihat dari harga penutupan pada perdagangan kemarin Selasa (14/5/2024) di harga Rp1.525 per lembar saham, maka dividen yield ANTM sebesar 8,4%.

Secara historis dalam lima tahun terakhir, ANTM rajin membagikan dividen. Jadi, pada tahun ini tak menutup kemungkinan akan membagikan dividen atraktif.

Kami memperkirakan jika ANTM berani membagikan payout ratio sampai 100% lagi, maka dividen per lembar yang akan dibagikan sekitar Rp151,77. Angka ini jika dibagi dengan harga saham terkini di Rp2.060 per lembar, akan menghasilkan cuan sekitar 7,36%.

2. UNTR

Secara historis, UNTR terkenal membagikan dividen dengan yield atraktif. Bahkan pada 2023 silam sempat membagikan cuan dividen sampai lebih dari 20%.

Pada tahun ini kami memperkirakan yield juga masih akan menarik. Jika dihitung dengan asumsi payout ratio konservatif 40% akan menghasilkan dividen per lembar sekitar Rp2.095. Nilai ini potensial mengimplikasi cuan dividen sebanyak 9,08% dari harga saham di Rp23.075 per lembar.


Untuk emiten lain kami menilai seperti nya belum bisa membagikan dividen pada tahun ini. MDKA diketahui masih mengalami kerugian, BRMS juga masih harus mengompensai retained earnings yang defisit, untuk ARCI pada tahun lalu sempat terdampak bencana alam berupa banjir dan tanah longsor di lokasi tambang miliknya.

Sementara untuk AMMN memiliki syarat pembagian dividen pada prospektus yang belum terpenuhi yaitu harus menyisihkan 20% dulu dari ekuitas. Pada 2024 ekuitas senilai US$ 5,24 miliar. Jadi, dari nilai tersebut AMMN harus menyisihkan sekitar US$ 1,04 miliar untuk saldo ditahan.

Namun, laba bersih yang didapat pada 2024 baru sekitar US$ 612,78 juta. Nilai ini belum memenuhi syarat, jadi mereka kemungkinan besar belum bisa bagi dividen pada tahun ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |