Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas bergejolak sangat kencang. Harga emas sempat mencetak rekor intraday pada perdagangan kemarin, Senin (14/4/2025) tetapi kemudian tumbang mendekati penutupan. Anjloknya harga emas dipicu efek sentimen risiko perang dagang yang mulai membaik.
Pada perdagangan Senin (14/4/2025), harga emas dunia di pasar spot akhirnya ditutup anjlok 0,86% di level US$3.208,46 per troy ons. Penutupan perdagangan tersebut mematahkan kenaikan harga emas selama empat hari beruntun dengan penguatan menembus 7% lebih.
Pada perdagangan hari ini Selasa (15/4/2025) hingga pukul 06.07 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat tipis 0,05% di posisi US$3.211,02 per troy ons.
Penguatan pagi ini mencerminkan harga emas yang sangat bergejolak dalam dua hari terakhir. Emas dengan cepat terbang tetapi kemudian jatuh lagi.
Harga emas anjlok hampir 1% pada perdagangan Senin, turun dari rekor tertinggi yang dicapai pada Jumat pekan lalu karena menurunnya risiko perang dagang. Kondisi ini disebabkan kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang membebaskan smartphone dan komputer dari tarif tinggi terhadap China.
"Menurunnya risiko membuat emas turun dari titik tertinggi baru-baru ini, tetapi lingkungannya masih cukup bagus untuk emas," ujar Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, kepada Reuters.
"Mungkin sedikit keringanan tarif, dengan pengecualian beberapa barang elektronik, akan mengurangi sebagian permintaan safe haven," ujar Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals.
"Namun, ketidakpastian yang terus berlanjut tentang perdagangan dan tarif, pelemahan dolar, dan imbal hasil yang lebih rendah cenderung mendukung emas," tambah Grant.
Trump mengatakan pada Minggu bahwa ia akan mengumumkan tarif impor semikonduktor selama minggu depan, yang membuat para pelaku pasar gelisah.
Hal itu akan menjadi landasan yang mendukung harga emas.
Yang menarik, emas tetap melemah meski indeks dolar melandai. Indeks dolar pada perdagangan kemarin ditutup di 99,64, posisi terendah sejak April 2022 atau tiga tahun terakhir. Pembelian emas dikonversi dalam dolar AS sehingga pelemahan dolar seharusnya bisa mendongrak permintaan.
Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China telah mengguncang pasar global dan mendorong investor masuk ke logam tersebut, yang secara tradisional dipandang sebagai nilai lindung terhadap ketidakpastian geopolitik dan ekonomi.
Goldman Sachs tetap paling optimis di antara bank-bank besar terhadap emas, menaikkan perkiraan akhir tahunnya menjadi US$3.700 per troy ons, mengutip permintaan bank sentral yang lebih kuat dari yang diharapkan dan meningkatnya risiko resesi yang memengaruhi arus masuk ETF.
Data World Gold Council menunjukkan, aliran investasi ke dalam dana yang diperdagangkan di bursa emas yang didukung secara fisik oleh China sejauh bulan ini telah melampaui aliran investasi pada seluruh kuartal pertama dan melampaui aliran masuk yang tercatat oleh dana yang terdaftar di AS.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)