Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengharapkan proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) bisa berjalan tahun 2026. DME itu sendiri sebagai substitusi peran Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengungkapkan saat ini pemerintah telah menyerahkan proyek DME ke Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) untuk masuk ke tahap feasibility study (FS).
"Jadi untuk FS dengan kita sudah serahkan ke Danantara, ya kita harapkan lebih cepat lebih baik. Kalau bisa eksekusinya tahun depan itu sudah bisa dilaksanakan," kata Yuliot ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (7/11/2025).
Hal itu dimulai dengan persiapan FS seperti mempersiapkan lahan, perizinan, hingga proses lainnya sampai proyek DME tersebut bisa dieksekusi.
Saat ini, Yuliot menyebutkan Danantara tengah mengkaji proyek DME yang sudah diajukan untuk bisa dibantu pendanaannya oleh Danantara.
"Dari Kementerian ESDM kan sudah menyampaikan pra-FSnya ke Danantara. Jadi kan juga lagi diselesaikan itu bagaimana dari pra-FS yang disiapkan oleh Kementerian ESDM, itu nanti akan dilihat kembali sampai detail FS dievaluasi oleh Danantara," tambahnya.
Sebelumnya, CEO Badan Pengelola Investasi Danantara Rosan Roeslani mengatakan proses evaluasi di Danantara akan melihat keseluruhan proyek yang feasible untuk dikerjakan. Beberapa hal yang yang dilihat terkait dengan kemampuan teknologi, melihat proyek ini sempat gagal dibangun.
"Kita juga memastikan dulu untuk teknologinya, teknologi yang kita utamakan adalah yang up to date juga dan paling efisien lah, karena kan DME ini dulu pernah dicoba jalankan, ya kan? sempat groundbreaking malah, tapi kemudian berhenti," kata Rosan, usai rapat di Istana Negara terkait hilirisasi, Kamis (6/11/2025).
"Nah hal itu yang kami kalau di Danantara tidak ada, tidak mau ada hal itu terjadi," tambahnya.
Sehingga menurut Rosan, evaluasi secara menyeluruh ini penting untuk mencapai target yang dicanangkan. Hingga pada akhirnya nanti diputuskan untuk melakukan peletakan batu pertama.
Lebih lanjut, Rosan juga mengatakan tak mempermasalahkan pendanaan, karena Danantara bisa melakukan investasi langsung. Namun terkait berapa nominal investasi yang diperlukan, masih belum bisa dibeberkan.
"Saya nggak ingat angkanya, soalnya ada banyak angka-angkanya," kata Rosan.
Asal tahu saja, pemerintah sudah melakukan peletakan batu pertama proyek hilirisasi batu bara menjadi DME pada 24 Januari tahun 2022 di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Namun investor saat itu, perusahaan petrokimia asal Amerika Serikat, Air Product and Chemicals Inc. hengkang dari proyek batu bara menjadi DME atau metanol di Indonesia. Saat itu Air Product bermitra dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina Persero, hingga Bakrie Group melalui PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia.
Selanjutnya, pemerintah menjajakan dengan mitra baru dari China, meski belum juga menemukan titik terang.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]

4 hours ago
5















































