Emas Minggir! Logam 'Iblis' Menggila, Harga Naik 71%

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Perak, yang sering dijuluki 'Logam Iblis' (devil's metal) karena volatilitasnya, menjadi bintang di pasar komoditas tahun 2025. Harga perak mencatat pertumbuhan hingga 71% year-to-date, melampaui emas yang naik sekitar 54%.

Tren bull run ini mengantarkan harga perak mencapai puncak historis US$54,47 (Rp911.390) per troy ounce pada pertengahan Oktober. Kini harga kembali naik, di mana di pasar spot, harga perak terakhir tercatat di level US$57,02.

Lonjakan harga yang masif ini terjadi di tengah menurunnya pasoka. Pasokan menipis karena penurunan produksi tambang perak global selama sepuluh tahun terakhir, khususnya di Amerika Tengah dan Selatan, karena penutupan tambang dan penipisan sumber daya.

Kepala manajemen produk ETF dan komoditas Invesco, Paul Syms, mengatakan pasar perak hanya sekitar sepersepuluh dari ukuran pasar emas. Sehingga pengetatan pasokan (supply crunch) dapat menyebabkan lonjakan harga yang mengejutkan.

"Meskipun kita melihat lonjakan harga, kita juga melihat harga sedikit turun. Dalam jangka panjang, ada dinamika berbeda kali ini yang dapat menjaga perak pada harga yang cukup tinggi dan mungkin terus naik untuk beberapa waktu ke depan," ujar Syms merujuk dinamika yang dimaksud sebagai  perpaduan antara krisis pasokan dan peningkatan permintaan industri serta investasi, dikutip CNBC International, Senin (1/12/2025).

Sebenarnya perak pernah booming di tahun 1980 dan 2011. Namun berbeda dengan gelombang investasi perak sebelumnya, tren tahun 2025 ini ditopang oleh campuran pasokan rendah, permintaan India yang melonjak, dan kebutuhan industri yang semakin besar.

Pasokan Inggris sampai Permintaan India

Kepala analisis pasar di Stone X, Rhona O'Connell, mengatakan bahwa vault di London, Inggris, telah kosong dengan volume perak turun sekitar sepertiga sejak Juni 2022. Hal ini menyebabkan pedagang harus membayar biaya pinjaman yang sangat tinggi, dengan biaya meminjam semalam sempat mencapai 200% pada basis tahunan di Oktober.

"Para manajer risiko di entitas keuangan dan industri tidak ingin membiarkan logam apa pun keluar dari Amerika karena takut harga logam tersebut akan kembali naik pada harga 35% lebih tinggi misalnya," tuturnya.

Di sisi permintaan, faktor struktural industri kini menjadi pendorong utama. Permintaan industri perak diperkirakan menurun sedikit pada tahun 2025, namun logam ini semakin banyak digunakan untuk kendaraan listrik (EV), komponen kecerdasan buatan (AI), dan fotovoltaik (panel surya).

Syms menambahkan bahwa satu EV standar membutuhkan sekitar 25 gram perak. Menurutnya, jika industri beralih ke baterai perak solid-state, setiap EV bisa membutuhkan satu kilogram perak atau lebih.

"Perak melintasi jembatan antara logam mulia dan logam industri, dan cara teknologi berkembang, baterai, panel surya, ia memiliki beberapa kasus penggunaan yang hebat saat kita bergerak menuju dunia yang lebih terelektrifikasi," kata Syms.

Sementara itu, secara geografis India memperkuat permintaan konsumen. India adalah konsumen perak terbesar di dunia, menggunakan sekitar 4.000 metrik ton per tahun.

Permintaan India, yang sebagian besar digunakan untuk perhiasan dan perkakas, memuncak pada Musim Gugur setelah musim panen dan bertepatan dengan perayaan Diwali. Kenaikan harga perak di India mencapai rekor tertinggi 170.415 Rupee per kilogram pada 17 Oktober, naik 85% sejak awal tahun.

"Bagi petani India, perak menjadi pelabuhan pertama ketika mereka mendapatkan hasil panen," tambah O'Connell.

(tps/sef)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |