Ekspansif! MBMA Garap Proyek Pabrik HPAL Rp 29,6 Triliun di Sulawesi

2 weeks ago 8

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) baru saja melakukan penandatanganan perjanjian definitif dengan mitra strategis asal China, Zhejiang Huayou Cobalt Co Ltd (Huayou), untuk membangun pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) di Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah.

Pabrik HPAL ini dirancang untuk memiliki kapasitas terpasang untuk sebesar 90.000 ton nikel dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun.

Proyek yang dibangun dan dioperasikan PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) ini diperkirakan bernilai investasi sebesar US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 29,58 triliun (asumsi kurs Rp 16.437 per US$).

"HPAL SLNC adalah inisiatif strategis MBMA untuk memaksimalkan nilai sumber daya nikel kami yang berlimpah dan akan meningkatkan kapasitas produksi tahunan MHP perusahaan lebih dari dua kali lipat," ungkap Presiden Direktur MBMA Teddy Oetomo, dikutip Kamis (27/2/2025).

Berdasarkan perjanjian manajemen, anak perusahaan Huayou akan menyediakan layanan manajemen konstruksi untuk pembangunan pabrik HPAL SLNC, sementara MBMA bertanggung jawab atas perolehan izin dan persetujuan dari pemerintah Indonesia.

SLNC akan memperoleh dan mengolah bijih nikel laterit melalui perjanjian komersial dengan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), anak perusahaan MBMA. Tambang SCM merupakan salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia yang mengandung sekitar 13,8 juta ton nikel dan 1,0 juta ton kobalt.

Perusahaan akan membangun pabrik persiapan bijih atau Feed Preparation Plant (FPP) di tambang SCM untuk mendukung pengangkutan bijih melalui pipa ke pabrik pengolahan SLNC di IMIP.

Konstruksi proyek HPAL SLNC ini telah dimulai sejak Januari 2025, dengan target commissioning dalam kurun waktu 18 bulan.

Investasi MBMA dalam SLNC dilakukan melalui afiliasinya, PT Merdeka Energi Baru (MEB), yang memiliki 50,1% saham di SLNC.

Untuk mendukung pembangunan proyek ini, SLNC telah berhasil mendapatkan pendanaan dan menandatangani perjanjian pinjaman dengan Bangkok Bank Public Limited Company, PT Bank Permata Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

"Kemitraan SLNC menegaskan komitmen kami untuk meningkatkan kapasitas dalam menyediakan bahan baku baterai berkualitas tinggi, serta mendukung kebijakan hilirisasi pemerintah Indonesia," ujarnya.

Sebelumnya, MBMA bermitra dengan GEM Co. Ltd. (GEM) untuk mengembangkan dua pabrik HPAL lainnya di kawasan IMIP dengan total kapasitas 55.000 ton MHP per tahun, keduanya diharapkan mulai produksi pada paruh pertama 2025.

Pabrik HPAL pertama, yang dioperasikan oleh PT ESG New Energy Material (PT ESG), memiliki kapasitas sebesar 30.000 ton MHP per tahun. Sementara itu, pabrik HPAL kedua, yang dioperasikan oleh PT Meiming New Energy Material (PT Meiming), memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 25.000 ton MHP.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Tahun 2025 Penuh Tantangan, Industri Smelter RI Masih Bertaji?

Next Article Kawasan Industri Nikel Raksasa RI Ini Setor Rp 18,56 Triliun ke Negara

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |