Jakarta, CNBC Indonesia - Pengumuman tarif timbal balik (resiprokal) Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang dilakukan 2 April lalu membuat dunia kacau. Hal ini memicu aksi jual global, yang mengakibatkan kerugian bagi banyak investor di seluruh dunia.
Orang-orang terkaya di dunia pun mengalami kerugian puluhan miliar dolar dari kekayaan bersih mereka, dalam hitungan hari. Tapi ada satu pengecualian, yakni CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett.
Menurut Indeks Miliarder Bloomberg, dikutip Rabu (9/4/2025) dari CNBC International, kekayaan bersihnya malah tumbuh sebesar US$11,5 miliar (Rp 194 triliun) sejak awal tahun 2025. Buffett saat ini bertengger di peringkat empat orang terkaya dunia dengan kekayaan bersih sebesar US$154 miliar, naik dari peringkat keenam pada perhitungan Senin.
Dari 18 orang teratas dalam daftar tersebut, ikon investasi tersebut adalah satu-satunya orang yang kekayaan pribadinya diperkirakan tumbuh tahun ini. Setidaknya ini pun terlihat sejak Selasa pagi kemarin.
CEO Tesla, orang terkaya di dunia, Elon Musk, telah kehilangan US$135 miliar sepanjang tahun ini, termasuk US$30,9 miliar hanya dalam dua hari setelah pengumuman tarif Trump pada tanggal 2 April. Harta pendiri Amazon Jeff Bezos juga turun US$42,6 miliar tahun ini sementara kekayaan CEO Meta Mark Zuckerberg turun US$24,5 miliar.
Bagaimana caranya?
Buffett menentang tren penurunan dengan pendekatan yang hati-hati. Merujuk pengajuan United States Securities and Exchange Commission (Komisi Sekuritas dan Bursa AS/SEC), pria yang dijuluki Oracle of Omaha mengumpulkan rekor uang tunai US$334 miliar pada akhir tahun 2024.
Buffett tidak menginvestasikan uang tunai itu karena "tidak ada yang tampak menarik". Ini setidaknya terlihat dalam tulisannya di sebuah surat tanggal 22 Februari kepada para pemegang saham.
Kala itu memang beberapa analis menafsirkan strategi konservatif itu sebagai indikator bahwa Buffett sedang mempersiapkan diri menghadapi kemerosotan ekonomi. Sekarang, beberapa investor melihat Berkshire Hathaway- dengan jumlah uang tunai yang besar- sebagai tempat yang relatif aman untuk menyimpan uang mereka sambil menunggu gejolak pasar mereda.
Perlu diketahui, saham Berkshire Hathaway naik lebih dari 11% sejak awal tahun 2025, dan turun 6,5% sejak pasar ditutup pada tanggal 2 April, hari pengumuman Trump. Sementara itu, indeks S&P 500 negatif sejak 1 Januari, dan turun hampir 10% sejak 2 April.
Buffett dikenal dengan pendekatan investasi yang memprioritaskan pemikiran jangka panjang dan menyebarkan uang ke berbagai bisnis dan industri Amerika. Ia sering mengajarkan kesabaran kepada para pengikutnya yang gemar berinvestasi, memperingatkan mereka agar tidak terlalu reaksioner, ke mana pun arah pergerakan pasar.
"Orang yang terlalu kesal dengan fluktuasi harga ... tidak boleh memiliki saham sama sekali," kata Buffett kepada "Squawk Box" CNBC International Februari 2018 lalu.
"Jangan membuat keputusan investasi yang terburu-buru berdasarkan prakiraan keuangan atau prediksi ekonom terbaru... Takutlah ketika orang lain serakah, dan serakahlah ketika orang lain takut," tulisnya di The New York Times pada tahun 2008.
Lebih umum, filosofi Buffett berpendapat bahwa memegang berbagai macam saham untuk waktu yang lama setidaknya 10 tahun pada akhirnya akan membuahkan hasil. Karena pasar biasanya cenderung naik dari waktu ke waktu.
"Jangkauan komitmen semacam itu hampir selalu jauh lebih panjang dari satu tahun. Dalam banyak hal, pemikiran kami melibatkan beberapa dekade," tulis Buffett dalam suratnya di bulan Februari.
"Pembelian jangka panjang ini terkadang membuat mesin kasir berbunyi seperti lonceng gereja," ujarnya menggambarkan hasil yang maksimal.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Dampak Indonesia & Jepang Terhadap Kebijakan Tarif Trump
Next Article Gawat! RI Berpotensi Masuk Radar Perang Dagang Trump