Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara stagnan atau tidak mengalami perubahan bersamaan dengan minimnya impor batu bara China belakangan ini.
Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara 14 April 2025 tercatat sebesar US$99/ton atau stagnan 0% apabila dibandingkan penutupan perdagangan 11 April 2025 yang sebesar US$99/ton.
Dikutip dari Reuters, impor batu bara China turun 6% pada Maret 2025, terdampak oleh tingginya stok di pelabuhan dan lemahnya permintaan domestik yang telah menekan harga pasar ke level terendah dalam empat tahun terakhir.
Impor pada bulan tersebut tercatat sebesar 38,73 juta metrik ton, turun dari 41,38 juta ton pada Maret 2024, menurut data dari Administrasi Umum Kepabeanan. Ini merupakan penurunan impor batu bara secara tahunan pertama untuk periode bulanan sejak Maret 2022, di luar periode Januari-Februari yang perbandingan tahunannya terpengaruh oleh libur Tahun Baru Imlek.
Harga domestik China untuk batu bara kualitas sedang dengan nilai kalor 5.500 kilokalori per kilogram berada di angka 676 yuan (US$92,70) per metrik ton pada 11 April, yang merupakan level terendah sejak Maret 2021, menurut indeks harga batu bara termal Bohai-Rim Bay.
Penambang di Indonesia, salah satu pemasok utama, yang menghadapi kenaikan royalti dan meningkatnya biaya operasional, tidak menurunkan harga seiring dengan penurunan harga di China. Hal ini mendorong pembangkit listrik China untuk lebih mengandalkan pasokan dalam negeri.
Impor batu bara China pada Januari-Februari naik ke rekor tertinggi untuk periode tersebut sebesar 76,12 juta metrik ton, naik 2% dibanding tahun sebelumnya. Penurunan pada Maret sudah diperkirakan dan kemungkinan akan terus berlanjut dalam beberapa bulan mendatang karena margin keuntungan impor yang semakin menyempit dan stok tinggi di pelabuhan.
China merilis data untuk dua bulan pertama setiap tahun secara gabungan guna meredam dampak dari libur Tahun Baru Imlek, yang jatuh pada salah satu dari dua bulan tersebut.
Untuk tiga bulan pertama tahun 2025, impor batu bara tercatat sebesar 114,85 juta metrik ton, turun 0,9% dari 115,89 juta ton pada periode yang sama tahun sebelumnya, menurut data tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)