Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) mengandalkan pendekatan digitalisasi dalam menjangkau pasar baru. Direktur Bank Aladin Syariah, Koko Tjatur Rachmadi mengibaratkan digitalisasi sebagai galah untuk bisa melangkah lebih jauh.
Menurut Koko dengan digitalisasi, Bank Aladin Syariah dapat mengakses nasabah yang tersebar di 17 ribu pulau di Indonesia.
"Karena dengan digitalisasi, dari sisi biaya kita bisa mengakses 17 ribu pulau menjadi lebih murah dan mudah. Jadi harapannya dengan digitalisasi, inklusi keuangan syariah yang 13% bisa triple," ungkap dia dalam Road to CNBC Indonesia Awards 2025 'Best Bank and Financial Services', Selasa (11/11/2025).
Dia menyebut inklusi keuangan syariah di Indonesia saat ini masih terbilang rendah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per 3 Mei 2025 inklusi keuangan syariah atau penggunaan aktual layanan syariah stagnan di angka 13%.
Pendekatan digitalisasi juga dilakukan melalui kolaborasi dengan industri lain untuk membangun ekosistem halal. Dia mencontohkan ekosistem halal food bisa memanfaatkan rekening dari perbankan syariah. "Rekeningnya sudah di bank syariah belum? Ngga usah khawatir. Dengan keberadaan bank syariah sekarang yang tersebar, akan sangat mudah untuk membuka rekening yang sifatnya rekening syariah. itu contoh simple," terang Koko.
Tak hanya itu, industri perbankan syariah juga bisa berkolaborasi dengan ekosistem fesyen yang ramah muslim. Di mana wanita memiliki kebutuhan fesyen muslim yang besar.
"Kalau kami bisa membangun ekosistem itu, saya yakin bahwa angka inklusi akan eksponensial," pungkas Koko.
Sebagai informasi, per 30 Juni 2025, Bank Aladin Syariah mencatatkan laba bersih sebesar Rp83,1 miliar, berbalik positif dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang membukukan rugi bersih sebesar Rp57,6 miliar. Peningkatan kinerja ini ditopang oleh pertumbuhan pendapatan penyaluran dana sebesar 48,8% secara tahunan (yoy), dari Rp255,3 miliar menjadi Rp379,8 miliar.
Pendapatan berbasis bagi hasil juga meningkat signifikan yang mencapai Rp260,2 miliar atau tumbuh lebih dari dua kali lipat dibanding semester I 2024 sebesar Rp120,1 miliar. Pendapatan dari fee dan komisi pun naik tajam dari Rp49,4 miliar menjadi Rp160,8 miliar.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Ada Anomali di Industri Keuangan Syariah

2 hours ago
3

















































