Denyut Ekonomi dari Teluk Tomini, Kisah UMKM Gorontalo

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia- Dari pesisir Teluk Tomini, Gorontalo menatap masa depan ekonomi yang lebih hijau dan inklusif. Selain pesona wisata bahari hiu paus Botubarani, Gorontalo juga mewarnai dirinya dengan geliat pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjadi penggerak utama roda ekonomi.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo, tiga sektor utama, pertanian, perikanan, dan perdagangan, menjadi penyumbang terbesar terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) sekaligus penyerap tenaga kerja terbesar di wilayah ini.

Di balik angka makro itu, ada semangat kecil yang tak kalah besar: keinginan untuk naik kelas.

Bank Indonesia (BI) membaca denyut itu.

Melalui Kantor Perwakilan BI Provinsi Gorontalo, lembaga ini mengarahkan kebijakan yang lebih progresif lewat tiga pilar utama: UMKM Go Digital, UMKM Go Ekspor, dan UMKM Hijau.

Langkah Nyata BI: dari Digitalisasi hingga Galeri Olaku
Di Gorontalo, Bank Indonesia menjadi akselerator ekonomi daerah melalui berbagai inisiatif konkret. Kepala Perwakilan BI Provinsi Gorontalo, Bambang Satya Permana, menjelaskan bahwa pembinaan UMKM kini dilakukan secara end-to-end-mulai dari kelembagaan, peningkatan kualitas produk, fasilitasi akses pembiayaan, hingga ekspansi pasar. "Kami dorong UMKM untuk bisa menerima pembayaran non-tunai lewat QRIS, memperluas pasar lewat e-commerce, dan menyiapkan mereka untuk ekspor," ungkap Bambang.

Salah satu wujud dukungan nyata adalah Galeri Olaku, wadah dan pusat pelatihan bagi UMKM binaan BI. Di tempat ini, produk unggulan Gorontalo dikurasi, dipamerkan, sekaligus dipasarkan secara offline dan digital. Galeri ini juga menjadi wadah business matching dan pelatihan ekspor yang melibatkan berbagai mitra lintas lembaga.
Inisiatif digitalisasi yang lebih luas juga dilakukan BI melalui kampanye QRIS Jelajah Budaya Indonesia 2025 di Kabupaten Bone Bolango, sebuah program nasional yang menggabungkan edukasi pembayaran digital dengan promosi wisata lokal.

UMKM Go Digital, Ketika QRIS dan E-commerce Mengubah Arah
Digitalisasi menjadi pintu masuk penting dalam perjalanan UMKM naik kelas. Melalui program onboarding UMKM, BI mengajari pelaku usaha lokal untuk menggunakan platform e-commerce dan sistem pembayaran digital seperti QRIS dan BI-Fast.
Salah satu pelaku yang merasakan langsung dampaknya adalah Risna Tamrin Hasan, pendiri Bilal Mekar Snack. UMKM yang memproduksi aneka abon dan sambal ikan khas Gorontalo, yang kini tak hanya dikenal di pasar lokal tapi juga sudah menjangkau pembeli luar negeri.
"Sebelum dibina BI, omset kami sekitar Rp25 juta. Sekarang sudah jauh meningkat, apalagi sejak ikut pameran ISEF dan onboarding ke Shopee," tutur Risna. Ia menambahkan, QRIS menjadi solusi sederhana yang justru mendongkrak transaksi saat pameran dan penjualan daring. "Kalau dulu repot urus uang kecil, sekarang semua tinggal scan. Bahkan di Jakarta, konsumen sudah jarang bawa uang tunai," ujarnya.

Risna Tamrin Hassan, Pemilik Bilal Mekar Snack- UMKM GorontaloFoto: Emanuella Bungasmara
Risna Tamrin Hassan, Pemilik Bilal Mekar Snack- UMKM Gorontalo

Melalui pelatihan digital yang dimulai pada 2022, Bilal Mekar kini tak hanya menjual secara offline, tapi juga aktif bertransaksi daring. Pameran ISEF yang difasilitasi BI menjadi momentum penting, karena dari sana produknya dilirik untuk ekspor ke Singapura, dengan potensi transaksi mencapai 3 digit per tahun.

UMKM Peduli Tradisi, Go Hijau dan Go Ekspor
Jika Risna melangkah dengan bumbu Nusantara, maka Isnawati Mohamad dari Tiar Handycraft menenun kesuksesan lewat wastra khas Gorontalo: Karawo. Karyanya tak berhenti di lestarikan tradisi. Ia mengombinasikan teknik eco-print, pewarnaan alami ramah lingkungan-dengan Karawo untuk menciptakan produk fashion hijau yang menembus pasar global.
"Kolaborasi antara eco-print dan Karawo ini menjadi titik balik usaha saya," ujarnya. "Saya lolos kurasi business matching di Dubai dan menjadi salah satu dari 25 perempuan Indonesia yang ikut short course Australia Award karena itu."

Konsep Go Hijau dan Go Ekspor yang diusung BI menemukan relevansi nyata lewat karya Isnawati. Ia mempekerjakan lebih dari 100 pengrajin perempuan desa, menciptakan model ekonomi yang berkelanjutan juga berkeadilan.
BI membantu dari sisi produksi, penyediaan rumah produksi, hingga desain interior galeri miliknya. "Ketika saya bawa tamu untuk business matching, BI bantu semua fasilitas agar saya bisa penuhi permintaan pasar," katanya.

Isnawati Mohamad- Pemilik Tiar Handycraft UMKM GorontaloFoto: Emanuella Bungasmara
Isnawati Mohamad- Pemilik Tiar Handycraft UMKM Gorontalo

Isnawati juga menekankan pentingnya inovasi berkelanjutan di sektor kreatif. "Tren berubah cepat, jadi kita tidak boleh puas. Harus terus belajar dan berinovasi," ujarnya.

Transformasi Inklusif dari Daerah

Dari dua kisah UMKM binaan Bank Indonesia, tampak arah besar yang tengah dibangun Bank Indonesia di Gorontalo. Pelatihan atau bantuan alat, juga menciptakan ekosistem yang menghubungkan UMKM dengan digitalisasi, pembiayaan, dan pasar global.

Pendekatan Go Digital, Go Ekspor, dan Hijau ini sejalan dengan strategi nasional BI untuk memperkuat ketahanan ekonomi daerah lewat pemberdayaan sektor riil. Melalui digitalisasi sistem pembayaran, BI memperluas inklusi keuangan hingga pelosok; lewat business matching, mereka membuka pintu ekspor; dan lewat pendekatan hijau, mereka menyiapkan UMKM menghadapi ekonomi berkelanjutan.

Kini, Gorontalo sang pesisir dengan wisata bahari menjadi laboratorium kebijakan ekonomi mikro yang hidup, tempat ide-ide pemberdayaan diuji di lapangan.

Jika program BI terus berjalan konsisten, dengan sinergi bersama pemerintah daerah dan sektor swasta, maka tak berlebihan bila Gorontalo akan tumbuh sebagai model inclusive local economy di kawasan timur Indonesia.

Sebuah bukti bahwa kebijakan moneter bisa berpadu dengan kebijakan sosial, dan bahwa pertumbuhan sejati dimulai dari mereka yang berani beradaptasi.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |