-
Perdagangan pasar keuangan RI kompak ditutup positif. IHSG bertahan di level 7100, rupiah menguat terhadap dolar AS, dan obligasi diburu investor
-
Wall Street menguat tipis setelah Moody's memangkas rating utang AS
-
Pelaku pasar mulai mengalihkan fokus wait and see Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang akan memulai hari pertama hari ini.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan Senin kemarin (19/5/2025) kembali ditutup positif. Pasar keuangan Indonesia diharapkan bisa melanjutkan tren positifnya pada hari ini.
Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin ditutup di posisi 7.141,09. Dalam sehari menguat 0,49%, melanjutkan tren positif selama lima hari beruntun.
Dalam sebulan IHSG sudah naik lebih dari 10%, menghapus pelemahan sejak awal tahun yang sudah kembali ke zona hijau sebesar 0,86% year to date (YTD).
Total transaksi yang terjadi di IHSG pada sepanjang kemarin terbilang ramai, mencapai Rp14,73 triliun. Transaksi ini melibatkan 25,31 miliar lembar saham dengan frekuensi sebanyak 1,43 juta kali.
Adapun saham yang menguat sebanyak 409, lalu 225 saham melemah, dan sisanya 173 stagnan.
Enam sektor tercatat parkir di zona hijau, sektor industrial menguat paling signifikan sampai 1,28%, diikuti sektor energy 1,01%, financial 0,80%, consumer non cyclicals 0,33%, technology 0,28%, dan consumer cyclicals 0,21. Satu sektor bergerak stagnan yaitu sektor basic material.
Tiga sektor sisanya ditutup melemah, utilities turun paling dalam 2,30%, lalu real estate 1,09% dan healthcare 0,07%.
Sementara itu, dari sisi konstituen, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi kontributor paling besar ke IHSG kemarin mencapai 13,69 indeks poin, diikuti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebanyak 9,12 poin, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) 4,40 poin, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) 4,06 poin dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) sebesar 3,83 poin.
Beralih ke pasar nilai tukar, pergerakan rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) terpantau kembali menguat.
Merujuk data Refinitiv, rupiah pada kemarin menguat tipis 0,06% menuju posisi Rp16.425/US$. Sudah terhitung tiga hari beruntung mata uang Garuda berada dalam tren penguatan.
Sementara itu, posisi the greenback turun pada kemarin sampai pukul 15.45 WIB mengalami penurunan 0,55% ke posisi 100,42. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya yang berada pada posisi 101,09.
Tekanan indeks dolar AS (DXY) semakin melandai setelah Moody's menurunkan peringkat kredit AS.
Pada Jumat pekan lalu, Moody's memangkas peringkat kredit negara teratas Amerika Serikat sebanyak satu tingkat, menjadi lembaga pemeringkat utama terakhir yang menurunkan peringkat negara tersebut, dengan alasan kekhawatiran mengenai tumpukan utangnya yang bertambah sebesar US$36 triliun.
Beralih lagi ke pasar surat utang terpantau juga dalam zona positif. Melansir data Refinitiv, pada perdagangan kemarin sampai pukul 15.45 WIB, yield obligasi acuan RI untuk tenor 10 tahun mengalami penurunan tipis sebesar 0,4 basis poin (bps) menjadi 6,86%.
Penurunan yield ini melanjutkan perdagangan sehari sebelumnya yang juga turun sebanyak 4,5 bps.
Sebagai catatan, dalam perdagangan obligasi, pergerakan yield dan harga itu berlawanan arah. Jadi, ketika yield turun, maka harga sedang naik, menunjukkan pelaku pasar sedang akumulasi/beli.
Pages