Jakarta, CNBC Indonesia - Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China menggelar latihan di sekitar wilayah Teluk Tonkin, Senin (24/2/2025). Latihan ini dilakukan sesaat setelah Vietnam mengubah klaimnya atas wilayah yang ada di perairan itu.
Mengutip Newsweek, Badan Keselamatan Maritim China mengumumkan latihan itu akan melibatkan aksi tembak langsung selama tiga hari. Mereka juga memperingatkan kapal-kapal agar menjauh dari area yang ditentukan di dekat sisi China di teluk itu serta di perairan di Barat Laut provinsi pulau Hainan.
Latihan tersebut dilakukan setelah Vietnam menerbitkan peta yang menunjukkan garis dasar 14 titiknya. Titik itu membentang dari muara Sungai Bac Luan yang berbatasan dengan China di Utara hingga perbatasan laut dengan Kamboja di Barat Daya.
Peneliti maritim, Song Phan, mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa latihan ini kemungkinan merupakan respons atas klaim Hanoi tersebut. Menurutnya, klaim Hanoi mematuhi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) secara ketat.
"Meskipun wilayah latihan (China) di lepas pantai Barat Laut pulau Hainan relatif jauh dari perairan Vietnam, waktunya tampaknya terlalu dekat untuk menjadi suatu kebetulan belaka," tuturnya.
China dan Vietnam menandatangani perjanjian tahun 2000 untuk menentukan batas wilayah Teluk Tonkin, yang dikenal di China sebagai Teluk Beibu. Kesepakatan terpisah menetapkan zona penangkapan ikan bersama.
Namun, tahun lalu, China memperluas klaimnya dengan mendeklarasikan garis dasar baru yang dapat mempengaruhi navigasi, penelitian, dan aktivitas lain oleh negara asing di wilayah yang terkena dampak.
Hal ini membuat Vietnam gusar, yang mendesak Beijing untuk mematuhi UNCLOS . UNCLOS mendefinisikan garis dasar sebagai garis yang menelusuri garis pantai suatu negara yang menjadi dasar pengukuran perairan teritorial dan zona maritimnya.
Titik Nyala LCS
Meskipun China dan Vietnam telah mempertahankan hubungan yang stabil secara umum dalam beberapa dekade terakhir, perselisihan mengenai eksplorasi minyak dan hak penangkapan ikan terkadang telah memicu ketegangan.
Pada bulan September, pasukan pemerintah China diduga menyerang nelayan Vietnam di Kepulauan Paracel yang menjadi titik sengketa sejumlah negara di Laut China Selatan (LCS), menyebabkan beberapa orang mengalami patah tulang.
Hal ini memicu protes publik yang jarang terjadi dari Hanoi. Beijing mengatakan bahwa personilnya telah bertindak secara profesional dan terkendali.
China bersikukuh mengklaim sekitar 90% dari LCS dalam apa yang disebut sebagai 'sembilan garis putus-putus' dimana mencakup area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi).
Bahkan, China dilaporkan telah membangun kota seluas 800 ribu mil persegi di Kepulauan Paracel bernama Shansa. Diketahui, kepulauan ini merupakan titik nyala utama antara Manila dan Beijing.
Klaim Beijing tumpang tindih dengan klaim Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan dalam kebuntuan teritorial yang belum terselesaikan sejak lama. Indonesia juga terlibat dalam konfrontasi keras dengan penjaga pantai dan armada penangkap ikan China di perairan Natuna, yang merupakan Zona Ekonomi Eksklusif milik RI.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Vietnam Pangkas 8 Kementerian, Hemat AnggaranRp 72 Triliun
Next Article 'Kengerian' Baru Muncul di Laut China Selatan, Vietnam Jadi Korban