China dan AS Siaga: Gebrakan Danantara-Purbaya Jadi Tumpuan IHSG Rupiah?

4 hours ago 2
  • Pasar keuangan Indonesia berakhir beragam kemarin, IHSG melemah tetapi rupiah menguat
  • Wall Street berakhir beragam, Dow Jones melemah
  • Kebijakan pemerintah dan  data ekonomi global akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya melemah pada perdagangan Rabu (15/10/2025), seiring investor global yang memilih bersikap hati-hati menjelang pertemuan dua pemimpin ekonomi terbesar dunia-Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping-serta mencermati arah kebijakan suku bunga The Fed.

Sementara itu, rupiah justru mampu berbalik menguat, memanfaatkan jeda pelemahan dolar AS usai pidato Ketua The Fed Jerome Powell dini hari tadi waktu Indonesia.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan bergerak volatile hari ini. Selengkapnya mengenai pergerakan pasar global bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Ketidakpastian global yang meningkat setelah gelombang kebijakan proteksionisme baru AS dan revisi proyeksi ekonomi Dana Moneter Internasional (IMF) membuat pelaku pasar cenderung melakukan aksi ambil untung. IHSG yang sempat menembus level 8.000 pun terkoreksi, meski nilai tukar rupiah berhasil menahan pelemahannya berkat tekanan DXY yang mulai mereda.

IHSG ditutup turun 15,34 poin atau 0,19% ke level 8.051,18. Sebanyak 449 saham melemah, 232 naik, dan 122 stagnan, dengan nilai transaksi mencapai Rp30 triliun.

Investor asing mencatat net sell sebesar Rp 1,4 triliun pada perdagangan kemarin.

Sektor teknologi turun paling dalam, diikuti utilitas dan bahan baku. Koreksi saham-saham big cap, termasuk milik konglomerat Prajogo Pangestu, turut menekan indeks.

Sepanjang sesi pertama, investor asing tercatat melakukan net sell Rp587 miliar, menandakan sikap defensif terhadap prospek ekonomi global yang masih dibayangi ketegangan dagang dan arah kebijakan moneter AS. Dari dalam negeri, ekspektasi insentif fiskal diharapkan dapat menjadi penopang IHSG pada akhir pekan.

Rupiah menutup perdagangan di level Rp16.560/US$, menguat 0,06% dan mematahkan tren pelemahan tiga hari beruntun.

Indeks dolar AS (DXY) terkoreksi 0,27% ke 98,79 setelah Powell menegaskan bahwa pasar tenaga kerja AS mulai melemah dan inflasi cenderung melandai.

Nada dovish dalam pidato Powell memunculkan ekspektasi pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga lagi sebesar 25 basis poin pada pertemuan 28-29 Oktober mendatang. Harapan pelonggaran lanjutan ini menekan dolar dan memberi ruang bagi mata uang emerging market, termasuk rupiah, untuk bernafas.

Kondisi ini sekaligus menunjukkan bahwa arah kebijakan moneter global masih menjadi faktor utama yang akan membentuk sentimen pasar keuangan domestik dalam beberapa hari ke depan.

Dari pasar Surat Berharga Negara, imbal hasil SBN melandai ke 6,015% yang menjadi level terendah sejak Januari 2021. Imbal hasil yang melandai menandai harga SBN tengah naik karena diburu investor.

Pages

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |