BI Buka Suara, Risiko Stagflasi AS Bawa Berkah Positif Buat Rupiah

1 week ago 10

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang menguat pada perdagangan pagi ini masih dibayangi oleh sentimen eksternal, terutama isu tentang besarnya potensi stagflasi di Amerika Serikat.

Isu itu menyeruak setelah data PMI Manufaktur AS yang disurvei Institute for Supply Management (ISM) merosot ke level 50,3 pada Februari, dari sebelumnya di level 50,9 pada Januari. Mengindikasikan adanya potensi pelemahan ekonomi AS.

Padahal, angka inflasi di negara tersebut terbilang masih tinggi, hingga bertengger di 3% pada Januari 2025, di atas sasaran bank sentralnya, yakni di kisaran 2%. Hal ini membuat munculnya dugaan stagflasi, yaitu kondisi saat ekonomi berjalan lambat padahal tekanan inflasi tinggi.

"Sehingga memunculkan kekhawatiran stagflasi di US. Kondisi tersebut membawa sentimen positif bagi pergerakan nilai tukar non US dollar seperti terjadi hari ini," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Edi Susianto, kepada CNBC Indonesia, Selasa (4/3/2025).

Kondisi ini membuat pergerakan kurs rupiah mengalami penguatan. Hingga pukul 10.04 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak ke level Rp 16.435, menguat 0,24% dari level penutupan perdagangan kemarin, sebagaimana dilansir dari Refinitiv.

Posisi ini mematahkan tren pelemahan yang telah terjadi selama empat hari beruntun atau sejak 25 Februari 2025. Bahkan, pada akhir pekan lalu, Jumat (27/2/2025) kurs rupiah sempat mengalami pelemahan terburuk dalam sejarah Indonesia, hingga menembus level Rp 16.575/US$.

Meski dalam tren penguatan, Edi menekankan pergerakan kurs rupiah masih dibayangi ketidakpastian, yang berpotensi membuat risiko tekanan lebih lanjut terjadi sebagaimana mata uang non dolar AS lainnya. Misalnya, terkait dengan kebijakan tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump terhadap negara mitra dagang utamanya.

"Kalau bicara pergerakan nilai tukar sepertinya secara umum masih akan up and down. Di satu sisi, langkah kebijakan tarif Trump condong membawa sentimen negatif bagi pergerakan nilai tukar dunia selain US dollar," tuturnya,


(arj/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Anjlok ke 16.575 per USD, Terparah Sepanjang Sejarah

Next Article Rupiah Menguat Usai BI Putuskan Pertahankan Suku Bunga

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |