Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
26 December 2025 10:20
Jakarta, CNBC Indonesia - Ledakan pariwisata petualangan global mengubah peta risiko perjalanan. Semakin banyak wisatawan masuk ke hutan, pegunungan, dan wilayah terpencil, semakin besar pula kemungkinan mereka keluar dari jangkauan sistem penyelamatan.
Backroad Planet dalam memetakan sepuluh destinasi dunia yang secara konsisten dikaitkan dengan kasus turis hilang .
Backroad Planet mengelompokkan lokasi dengan karakter serupa: wilayah sulit dijangkau, jalur tak terpetakan dengan baik, dan keterbatasan infrastruktur darurat. Di lokasi seperti ini, kehilangan sinyal sering berarti hilangnya peluang penyelamatan.
Jika dibaca sebagai satu peta, kasus-kasus tersebut membentuk pola. Turis paling sering menghilang di tiga tipe lingkungan: hutan tropis, pegunungan ekstrem, dan wilayah perairan dengan cuaca tidak stabil. Setiap tipe membawa mekanisme risiko yang berbeda, tetapi hasil akhirnya sama kontak terputus dan proses pencarian menjadi sangat mahal dan lambat .
Hutan dan wilayah pedalaman menjadi klaster pertama. Di area seperti Benin, Papua, dan Madagaskar, wisatawan sering bergerak di luar jalur resmi. Ketika terjadi kecelakaan atau tersesat, tidak ada sistem pelacakan yang bisa digunakan untuk menentukan posisi terakhir.
Benin di Afrika Barat menjadi contoh. Banyak kasus terjadi di desa terpencil dan kawasan ritual yang tertutup bagi orang luar. Pergerakan wisatawan sulit dimonitor oleh otoritas lokal, sehingga laporan kehilangan sering datang terlambat .
Papua di Indonesia masuk kategori yang sama. Medan pegunungan, hutan hujan, dan komunitas terisolasi menciptakan kondisi di mana wisatawan yang keluar dari rute berpemandu hampir tidak mungkin dilacak secara cepat.
Madagaskar menunjukkan pola serupa. Hutan lebat, sungai deras, dan jaringan komunikasi yang minim membuat pencarian orang hilang berjalan lambat dan sering berakhir tanpa kepastian.
Klaster kedua adalah wilayah pegunungan ekstrem. Nepal di Himalaya dan Patagonia di Chile mencatat banyak kasus karena longsor, badai, dan jalur yang berada jauh dari pos evakuasi. Di lingkungan seperti ini, waktu adalah faktor penentu hidup dan mati.
Klaster ketiga adalah wilayah perairan dan alam liar terbuka. Segitiga Bermuda dan Alaska berada di kategori ini. Cuaca cepat berubah, arus kuat, dan keterbatasan navigasi membuat kapal atau pesawat yang kehilangan kontak sulit ditemukan kembali.
Wilayah-wilayah di Asia Tenggara seperti Yucatán di Meksiko, kawasan Angkor di Kamboja, serta hutan utara Thailand menunjukkan kombinasi risiko geografi sulit, aktivitas wisata tinggi, dan pengawasan terbatas ketika wisatawan keluar dari rute utama .
Banyak kasus melibatkan wisatawan yang bergerak tanpa pemandu, keluar dari jalur resmi, atau meremehkan cuaca dan kondisi medan .
Dalam konteks industri pariwisata global, tren wisata ekstrem dan konten media sosial mendorong lebih banyak orang masuk ke wilayah dengan risiko sistemik, tanpa peningkatan sepadan dalam sistem keselamatan lintas negara .
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)

3 hours ago
2

















































