Begini Ramalan Efek Tarif Trump ke Komoditas Batu Bara-Nikel RI

5 days ago 8

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan berdampak signifikan, khususnya terhadap pergerakan harga komoditas global.

Hal tersebut tentunya akan berdampak bagi sejumlah komoditas andalan milik Indonesia, mulai dari batu bara hingga minyak kelapa sawit.

"Harga komoditas secara umum akan alami kontraksi yang tajam, baik batu bara, minyak, sawit, nikel dan produk tambang lainnya," ucapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (8/4/2025).

Ia pun memproyeksikan bahwa harga batu bara akan terus terjun bebas (free fall) hingga kuartal IV tahun 2025. Hal ini dipengaruhi oleh tren harga minyak mentah yang melemah, terlebih dengan keputusan OPEC yang meningkatkan produksi minyak mentah.

Selain itu, dampak perang dagang juga akan menekan permintaan bahan baku industri secara global, terutama dari China. Adapun, China sendiri sampai saat ini masih mengalami masalah overcapacity.

Menurut dia, kondisi ini membuat perusahaan komoditas berorientasi ekspor dihadapkan pada dua pilihan strategis. Pertama, menurunkan margin secara ekstrem dan pangkas kapasitas produksi.

Kedua, mengalihkan komoditas ke serapan dalam negeri. Misalnya, nikel olahan yang mengalami kelebihan suplai bisa diarahkan ke industri aluminium dan perakitan kendaraan domestik.

"Ini diharapkan memicu minat FDI (Foreign Direct Investment) di sektor pengolahan barang intermediary," ujar Bhima.

Sebagai informasi, harga batu bara berhasil memutus tren pelemahan yang telah terjadi selama tiga hari beruntun di tengah sentimen tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara pada 7 April 2025 tercatat sebesar US$98,9 per ton atau naik 0,92% apabila dibandingkan penutupan perdagangan 4 April 2025 yang sebesar US$98 per ton.

Apresiasi harga batu bara ini terjadi setelah mengalami penurunan selama tiga hari beruntun. Para pedagang batu bara bisa menjadi pemenang langka di antara bisnis akibat rezim tarif baru Trump yang menambahkan sedikitnya 10% pada biaya hampir semua barang yang diimpor ke AS.

Hal ini karena penyedia energi di seluruh Asia yang telah dikenakan beberapa tarif baru AS tertinggi akan berada di bawah tekanan untuk memangkas biaya listrik bagi konsumen mereka, yang mencakup banyak produsen barang terbesar di dunia.

Meski demikian, harga batu bara saat ini memang jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata tahun lalu. Tahun lalu harga batu bara terpantau masih sempat di atas US$200 per ton atau setidaknya masih di atas US$120 per ton.

Namun sejak awal 2025, harga batu bara dunia terus menunjukkan tren penurunan ke bawah US$ 120 per ton, bahkan kini masih di bawah US$100 per ton.

Sementara untuk harga nikel, per 8 April 2025 siang ini tercatat turun 10,12% dibandingkan pekan lalu menjadi di level US$14.534 per ton, mengutip data Trading Economics. Harga nikel ini secara bulanan turun 11,41%. Secara tahunan bahkan anjlok 20,23%.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump: Tarif Resiprokal Obat Pahit Demi Sehatkan Ekonomi AS

Next Article Awas! Gara-Gara Trump, RI Bisa Banjir Produk China

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |