Balon Misterius Sahabat Putin 'Serbu' Negara NATO, Bandara Ditutup

21 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Bandara Vilnius di Lithuania, salah satu negara anggota Uni Eropa (EU) dan NATO, kembali menghentikan operasional penerbangannya pada hari Rabu (04/12/2025). Penutupan ini dipicu oleh dugaan adanya balon-balon misterius yang melayang di wilayah udara bandara.


Operator Bandara Vilnius menyatakan insiden ini merupakan yang kedua kalinya terjadi hari itu dan yang kesepuluh kali sejak awal Oktober lalu. Lithuania menuduh balon-balon ini dikirim oleh penyelundup rokok dari Belarus.


Namun, lebih jauh, Vilnius juga menyalahkan Presiden Belarus Alexander Lukashenko, sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin.


"Belarus tidak menghentikan bentuk serangan hibrida," tuturnya.


Bandara Vilnius sendiri hanya berjarak sekitar 30 kilometer dari perbatasan Belarus. Lukashenko menuding balik bahwa negara-negara Barat lah yang sedang melancarkan perang hibrida terhadap Belarus dan Rusia, menunjukkan betapa runcingnya situasi ini.

Ketegangan antara Lithuania, negara Baltik yang juga anggota garis depan NATO, dengan Belarus dan Rusia memang telah memanas ke level yang sangat mengkhawatirkan. Wilayah tersebut menjadi titik gesekan langsung antara Blok Barat dan Moskow beserta sekutunya selain Ukraina. Lithuania secara konsisten menuduh Belarus melakukan provokasi yang disengaja di perbatasan.


Insiden balon di Vilnius ini hanyalah salah satu manifestasi dari apa yang disebut Lithuania sebagai 'perang hibrida'. Serangan hibrida mencakup taktik non-militer yang luas, seperti propaganda disinformasi, serangan siber, hingga eksploitasi migran di perbatasan. Semua taktik ini dirancang untuk mengacaukan stabilitas nasional dan politik di negara-negara anggota EU dan NATO tanpa perlu memicu konflik militer terbuka.


Sebagai anggota NATO, Lithuania berada di bawah payung Pasal 5 yang menjamin pertahanan kolektif. Setiap eskalasi, baik yang bersifat militer maupun hibrida, di wilayah perbatasan ini selalu diawasi ketat oleh seluruh aliansi pertahanan Atlantik Utara, mengingat dampak konflik sekecil apa pun dapat meluas dengan cepat ke seluruh Eropa.


Latar belakang ini semakin runcing mengingat ancaman keras yang telah dilayangkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin kepada Eropa. Putin memberikan 'ultimatum perang' dengan memperingatkan negara-negara Eropa bahwa mereka harus berhati-hati dengan kebijakan anti-Rusia mereka.


Putin secara eksplisit mengancam akan adanya konsekuensi serius jika dukungan terhadap Ukraina terus berlanjut dan mengganggu kepentingan keamanan Rusia, memberikan tekanan verbal yang sangat tinggi terhadap stabilitas regional.


"Jika Eropa tiba-tiba ingin memulai perang dengan kami dan memulainya maka perang itu akan berakhir begitu cepat bagi Eropa sehingga Rusia tidak akan memiliki siapa pun lagi untuk bernegosiasi," ujarnya, dimuat Rabu (3/12/2025).


Di sisi lain, Uni Eropa merespons agresi dan ancaman ini dengan memperkuat sanksi ekonomi. Uni Eropa secara resmi telah sepakat untuk menerapkan kebijakan yang bertujuan pendapatan Rusia berkurang.


Paket sanksi terbaru mencakup larangan ekspor teknologi kritis dan pembatasan yang dirancang untuk membuat barang Rusian tak laku di pasar global, khususnya yang menyasar sektor energi dan industri pertahanan Moskow.

(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |