Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tambang emas yang terafiliasi dengan Grup Salim, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN), mencatat kerugian fantastis pada tiga bulan pertama tahun ini.
Mengutip laporan keuangan perusahaan, AMMN membukukan rugi bersih US$ 138,76 juta atau setara Rp 2,28 triliun (asumsi kurs Rp 16.445/US$). Angka ini anjlok dari capaian laba US$ 129,06 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Berbaliknya laba menjadi rugi terjadi karena angka penjualan yang turun signifikan. Penjualan tembaga AMMN turun 99,92% menjadi US$ 247 ribu dari semula mencapai US$ 310 juta.
Sementara itu, penjualan emas AMMN 99,35% menjadi US$ 1,88 juta dari semula mencapai US$ 291 juta setahun sebelumnya.
Dalam keterangan resminya, AMMN mengungkapkan tidak ada volume penjualan yang tercatat untuk kuartal pertama tahun 2025, karena produksi pertama katoda tembaga terjadi di akhir Maret 2025.
Adapun, penjualan bersih yang dilaporkan adalah US$ 2 juta, yang hanya mencerminkan penyesuaian harga mark-to-market dari pengiriman konsentrat kuartal sebelumnya. Perusahaan mengharapkan peningkatan kinerja keuangan ke depannya, karena smelter mulai berproduksi sejak akhir Maret 2025.
Selain tantangan produksi yang menekan kinerja keuangan, perusahaan juga mengungkapkan sejumlah tantangan lain termasuk terkait regulasi.
"Selain tantangan operasional, kami juga sedang menghadapi tantangan regulasi. Pengenalan skema royalti progresif baru-baru ini oleh pemerintah mengakibatkan perubahan yang signifikan, dengan peningkatan tarif yang akan mempengaruhi bisnis kami serta sektor mineral dan pertambangan di Indonesia. Kami akan meningkatkan efisiensi operasional dan produktivitas untuk memitigasi dampak peraturan ini," ungkap Alexander Ramlie, Presiden Direktur AMMAN lewat keterangan resmi, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (6/5/2025).
Aset perusahaan naik 6% menajdi US$ 11,79 miliar dengan utang melonjak 20% menjadi US$ 5,12 miliar. Adapun ekuitas perusahaan mengalami kontraksi 3% menjadi US$ 5,07 miliar.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Trump Bikin Investor Terguncang, Pasar Modal RI Masih Menarik?
Next Article Indosat (ISAT) Cetak Laba Rp 4,9 Triliun Sepanjang 2024, Melesat 9%