Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Trump membentuk koalisi baru bersama Israel, Singapura, Australia, Jepang, dan Korea Selatan untuk menghadapi dominasi China dalam sektor mineral kritis dan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI) dan komputasi kuantum.
Koalisi ini diluncurkan melalui penandatanganan Deklarasi Pax Silica, yang menjadi dasar bagi kolaborasi penelitian, manufaktur, dan pembangunan infrastruktur untuk menyaingi pengaruh China, khususnya inisiatif Belt and Road.
"Ini adalah kebijakan industri untuk koalisi keamanan ekonomi dan merupakan pengubah permainan. Saat ini belum ada kelompok negara yang membahas ekonomi AI dan strategi bersaing dengan China dalam bidang ini," ujar Wakil Menteri Bidang Ekonomi AS, Jacob Helberg, dikutip dari Politico, Jumat (12/12/2025).
Deklarasi itu mencerminkan kekhawatiran AS terhadap investasi besar-besaran China dalam kecerdasan buatan dan komputasi kuantum yang dapat memberikan keunggulan kompetitif dalam ekonomi abad ke-21.
Helberg menekankan, dengan menyelaraskan pendekatan keamanan ekonomi, negara-negara anggota koalisi bisa memblokir kemampuan China membeli pelabuhan, jalan raya utama, serta koridor transportasi dan logistik untuk memperluas pengaruhnya.
Pemerintahan Trump juga berencana memperluas koalisi ini dengan mengajak lebih banyak sekutu dan mitra yang memiliki sumber daya mineral, teknologi, dan manufaktur.
Penandatanganan deklarasi ini menjadi pembuka KTT Pax Silica yang berlangsung sehari, menghadirkan pejabat dari Uni Eropa, Kanada, Belanda, dan Uni Emirat Arab. KTT akan membahas kerja sama di bidang manufaktur maju, pemurnian mineral, dan logistik.
"Kelompok negara ini akan menjadi bagi era AI seperti halnya G7 bagi era industri," kata Helberg.
"Deklarasi ini mengikat kita pada sebuah proses untuk bekerja sama dalam penyelarasan kontrol ekspor, penyaringan investasi asing, serta penanganan praktik antidumping, dengan agenda yang sangat proaktif untuk mengamankan titik-titik krusial dalam sistem rantai pasok global," imbuhnya.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

2 hours ago
2

















































