Jakarta, CNBC Indonesia - Founder & Group CEO VIDA Niki Luhur mengungkapkan penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligent) harus tetap mengutamakan keamanan data, terutama dalam layanan finansial. Dia mengatakan potensi AI dalam layanan keuangan berkembang pesat dan kian canggih, mulai dari pembukaan rekening hingga transaksi, untuk meningkatkan pengalaman konsumen.
"Risiko teknologi tergantung bagaimana dipakainya," kata Niki dalam Tech and Telco Summit 2025, Jumat (21/2/2025).
Meski dapat meningkatkan pengalaman konsumen, dia juga menyoroti keamanan penggunaan AI, terutama untuk perlindungan data pribadi. Niki menegaskan, penggunaan AI harus dibarengi penerapan UU Perlindungan data pribadi. Aturan ini berperan penting dalam menjaga keamanan data pribadi masyarakat.
"Mungkin kita perlu meningkatkan untuk deteksi penyalahgunaan data, dan mendeteksi data yang dipakai tanpa persetujuan," kata dia.
Menurutnya, penyalahgunaan data pribadi berisiko terjadi di tengah maraknya AI. Untuk itu diperlukan proteksi privasi untuk menghindari kerugian maupun terjadinya manipulasi sosial.
Sebelumnya, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria mengatakan AI memiliki risko terhadap privasi, keamanan, dan pengawasan. Nezar mengatakan data yang dibutuhkan AI sangat banyak, dan terkadang berupa data sensitif. Hal ini pun menimbulkan kekhawatiran tentang pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan data pribadi.
Risiko lainnya adalah manipulasi sosial dan misinformasi. Alogaritma AI dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan misinformasi dan memperburuk perpecahan sosial hingga politik. Bahkan menurut Nezar, social engineering atau rekayasa sosial dapat dilakukan dengan AI.
(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Kontribusi AI ke Ekonomi Digital RI Capai USD 366 Miliar
Next Article Kupas Tuntas Masa Depan 5G & AI di Tech and Telco Summit 2025