Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menargetkan bisa menuntaskan tiga proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel pada tahun 2026-2027. Ketiga proyek ini dibangun dengan teknologi rendah karbon.
Direktur Utama Vale Indonesia Febriany Eddy mengungkapkan selain rendah karbon, ketiga proyek tersebut dipastikan juga akan berbasis hilirisasi ekonomi hijau.
"Nah dengan demikian tentu kita ingin tiga proyek baru kita pun rendah karbon. Jadi dengan technological advancement bekerja bersama teknologi partner kami tiga desain pabrik ini nanti salah satu yang paling rendah di dunia," ujarnya kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Rabu (9/4/2025).
Adapun, ketiga proyek yang dimaksud tersebut dibangun di 3 wilayah berbeda yakni di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
Khusus untuk satu proyek smelter nikel di Sulawesi Tengah, diklaim akan menjadi smelter nikel yang berbasis net zero emission (NZE) atau netral emisi karbon. Dia menargetkan fasilitas tersebut bisa menjadi role model bagi smelter nikel dunia.
"Bahkan yang terakhir yang di Sulawesi Tengah ini kita sudah desain untuk net zero dari hari pertama. Sehingga kalau itu bisa tercapai ini yang menjadi role model di dunia saya rasa untuk sisi karbon," tegasnya.
Untuk mendukung pengembangan smelter rendah karbon, Vale akan menggelontorkan US$ 40 juta setara Rp 678,6 miliar (asumsi kurs Rp 16.970 per US$) khusus untuk membangun laboratorium R&D yang diharapkan bisa menjadi laboratorium tercanggih. "Dengan harapan bahwa kita bisa bekerja dengan teknologi partner kita mengalihkan teknologi ini ke talenta Indonesia," imbuhnya.
Nah, jika Indonesia sudah bisa menguasai teknologi yang mutakhir dalam pembangunan proyek smelter nikel, kata Febriany, maka Indonesia juga bisa menuju pada industrialisasi yang berkelanjutan kedepannya.
"Dan Alhamdulillah juga partner kami terbuka sehingga kita berharap bahwa nanti teknologi ini bisa juga dikuasai oleh Indonesia. Sehingga negara kita yang berbasis sumber daya alam bergerak dengan hilirisasi menjadi industrialisasi dan suatu hari menguasai know-how dan teknologi," tandasnya.
Asal tahu saja, saat ini INCO tengah membangun setidaknya 3 proyek smelter nikel di dalam negeri dengan total investasi mencapai US$ 9 miliar atau setara Rp 130 triliun.
Ketiga proyek tersebut antara lain proyek smelter nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, bekerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co dan Ford Motor Co. Smelter ini akan memproduksi 120 ribu ton per tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Kedua, proyek smelter nikel di Morowali, Sulawesi Tengah, bekerja sama dengan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai).
Ketiga, proyek smelter HPAL di Sorowako, Sulawesi Selatan, juga bekerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Menakar Masa Depan Sektor Mineral di Indonesia
Next Article Bos MIND ID Blak-blakan Minta DPR Batasi Smelter Nikel