2 Raksasa Eropa Terancam Bangkrut: Inggris dan Prancis

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Inggris dan Prancis dilaporkan bergerak menuju krisis ekonomi. Hal ini dipaparkan langsung oleh wartawan senior kebangsaan Inggris-Prancis, Allister Health, Rabu.

Dalam tulisannya di media The Telegraph, Health menyebut Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron sebagai "pemimpin yang tidak memadai secara historis". Bahkan mewakili "Yin dan Yang kemunduran Eropa".

Ia mengatakan secara fundamental pemimpin kedua negara itu gagal mengelola negara. Kini keduanya, ujarnya, membawa negara "menuju potensi kebangkrutan".

Heath, yang menamai keduanya sebagai "Don Quixote dan Sancho Panza" dari politik internasional, menyoroti kemiripan kegagalan mereka meskipun memiliki gaya yang kontras. Kedua pemimpin dinilai gagal dengan "cara yang mencolok" dan tampaknya "dipandu oleh alur yang sama-sama merusak".

Heath menuduh kedua pemimpin menempatkan negara mereka pada jalur kebangkrutan dengan defisit anggaran yang sangat besar. Ia menyoroti kondisi Prancis dan Inggris yang berjalan menuju stagnasi.

"Utang nasional Prancis melonjak dari 11 poin di atas rata-rata Eurozone ketika presiden menjabat menjadi 25 poin hari ini, mencapai 116 % dari PDB. Sektor publik melahap 57 % dari PDB Prancis pada tahun 2024," ungkap Health, dikutip Kamis (16/10/2025).

"Kehancuran ekonomi yang saling terjamin ini berhasil: Inggris dan Prancis bersaing ketat di liga stagnasi, dengan IMF memprediksi pertumbuhan per kapita yang sama-sama tidak berguna sebesar 0,4 % tahun ini dan Prancis sedikit lebih tinggi, yaitu 0,5 hingga 0,6 % tahun depan," tulismya.

Kemudian, Health juga mengkritik manuver Macron dan Starmer yang kemungkinan akan menaikkan pajak kekayaan. Menurutnya, langkah ini kurang tepat karena tidak menyasar penyebab stagnasi yang sebenarnya dan hanya membuat para orang kaya lari ke Amerika Serikat dan Timur Tengah. 

"Alih-alih mengatasi penyakit mendasar- kedua negara hidup di luar kemampuan mereka- Macron dan Starmer sedang mempertimbangkan pertaruhan destruktif lainnya Musim Gugur ini: pajak kekayaan," kata Heath.

Ia menyebut kedua negara harusnya menyelesaikan persoalan yang fundamental. Ia menyebut untuk Prancis, usia pensiun merupakan salah satu hal yang perlu dibereskan oleh Macron, sementara Inggris harus selesai dengan persoalan Layanan Kesehatan Nasional (NHS).

"Pensiun di usia 62 tahun adalah tabu terbesar di Prancis, yang memberikan beban tak tertahankan bagi para pekerjanya. Macron mencoba dan gagal mereformasi hal ini, tetapi akhirnya menyerah minggu ini," tambahnya.

"Inggris berada dalam posisi yang lebih baik dalam hal pensiun, terlepas dari sistem triple lock dan kesepakatan-kesepakatan sektor publik yang menguntungkan, tetapi sedang terpuruk oleh NHS yang sudah usang, rel ketiga politik," ujarnya.

Lebih lanjut, Heath menyoroti bahwa kedua negara juga telah "hilang kendali" atas imigrasi dengan angka yang hampir serupa. Menurutnya, hal ini akan membawa figur sayap kanan semakin populer dan memunculkan dinamika politik baru.

"Imigrasi bersih di Inggris adalah 431.000 dalam setahun hingga Desember 2024; Insee Prancis melaporkan imigrasi bersih sebesar 433.000, menjadikan total populasi menjadi 7,7 juta, atau 11,3 % dari populasi, sebuah rekor, meskipun masih lebih rendah daripada di Inggris," paparnya.

"Starmer dan Macron merasa negara mereka pada dasarnya tidak dapat diatur, dan menolak untuk bertanggung jawab. Mereka mengaku ortodoks secara fiskal, namun justru menempatkan negara mereka di jalur kebangkrutan, dengan defisit anggaran yang sangat besar," jelasnya.


(tps/șef)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Awas Krisis Baru Dunia, Utang Negara Maju G7 'Meledak'

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |