Jakarta, CNBC Indonesia - Jerman memberi peringatan kemungkinan pecahnya perang antara Rusia dan NATO di 2028. Hal ini membuat pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin bereaksi.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan Rusia tidak menginginkan konflik dengan NATO. Tetapi negara itu dapat mengambil langkah-langkah guna menjamin keamanannya sebagai tanggapan atas retorika aliansi tersebut yang disebutnya semakin "militeristik".
"Retorika militeristik ini semakin sering terdengar dari ibu kota Eropa," ujar Peskov kepada wartawan pada hari Senin, dikutip dari laman Rusia, RT, Selasa (18/11/2025).
"Pernyataan semacam itu tidak memperbaiki situasi dan hanya akan meningkatkan ketegangan," klaimnya.
"Rusia tidak menganjurkan konfrontasi apa pun dengan NATO. Namun, Rusia harus mengambil langkah-langkah untuk memastikan keamanan dan kepentingan kami jika terpaksa."
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, juga menanggapi pernyataan tersebut menuding Jerman sebagai agresor. Sebelumnya Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memperingatkan bahwa Jerman menunjukkan "tanda-tanda jelas re-Nazifikasi".
Sebenarnya hubungan Rusia dan NATO memanas seiring pecahnya perang Rusia dan Ukraina di 2022. Rusia menentang keinginan sesama bekas Uni Soviet itu, untuk bergabung ke NATO, mengedepankan keamanan nasional negara tersebut.
Moskow telah menyuarakan kekhawatirannya tentang meningkatnya aktivitas NATO di sepanjang perbatasan barat Rusia. Kini, negeri itu juga khawatir soal perluasan NATO ke Eropa Timur, seiring latihan militer yang dilakukan sejumlah negara anggota, sambil menyebutnya sebagai tindakan pencegahan.
Sebelumnya, mengutip Kyivpost, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius telah memperingatkan bahwa Rusia mungkin mampu melancarkan serangan terhadap negara anggota NATO paling cepat pada tahun 2028-2029. Karenanya, ia mendesak Eropa untuk mempercepat pengembangan militer sebagai respons terhadap persenjataan Moskow yang terus bertambah dan ambisi ekspansionisnya yang terang-terangan.
Dalam sebuah wawancara dengan Frankfurter Allgemeine Zeitung, Pistorius mengatakan Putin "tidak merahasiakan" ambisi imperialisnya. Ia menganggap kebebasan dan keamanan Eropa "tidak berarti".
Jerman dan mitra-mitranya di Eropa, katanya, harus merespons dengan cepat dengan memperkuat kemampuan pertahanan mereka setelah puluhan tahun kekurangan investasi. Menurut Pistorius, para pakar militer dan badan intelijen memperkirakan bahwa Rusia dapat membangun kembali angkatan bersenjatanya secara memadai untuk mengancam sayap timur NATO pada tahun 2029, meski beberapa analis yakin hal ini dapat terjadi lebih cepat lagi.
"Beberapa orang sekarang mengatakan tahun 2028 mungkin terjadi, dan beberapa sejarawan militer bahkan berpendapat bahwa musim panas lalu mungkin merupakan musim panas terakhir kita dalam damai," katanya.
Namun, ia menekankan bahwa NATO tetap sepenuhnya mampu mempertahankan diri, baik secara konvensional maupun dengan penangkal nuklirnya. Namun, tegasnya, urgensinya jelas.
"Kita harus memperlengkapi pasukan kita dengan lebih baik lagi," tambahnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Panas! Jet Tempur NATO Cegat Pesawat Mata-Mata Rusia, Siaga Sabotase

1 hour ago
1

















































