Upaya Bakti Hadirkan Internet Berkualitas untuk Masyarakat Perbatasan

11 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Entikong, sebuah kecamatan di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, berperan penting pada hubungan Indonesia dengan Malaysia. Wilayah ini pun menjadi jalur sutera sekaligus pintu keluar-masuk utama masyarakat Sanggau menuju Sarawak atau sebaliknya.

Pergerakan masyarakat yang intens di Entikong menjadikannya sebagai area administratif perbatasan, serta ruang pertemuan ekonomi, sosial, hingga budaya saudara serumpun. Sayangnya, meski memiliki peran yang krusial, Entikong masih dikategorikan sebagai kawasan 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) dan memiliki keterbatasan akses jalan serta infrastruktur digital.

Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong memegang peran strategis. Selain menjalankan fungsi imigrasi, PLBN Entikong juga mengurus kepabeanan, karantina, keamanan, sampai layanan perdagangan dan logistik.

Selain itu, Entikong juga ditetapkan sebagai pusat pertumbuhan strategis berdasarkan rencana pengembangan kawasan perbatasan yang disusun pemerintah. Dalam hal ini, Entikong menjadi terminal lintas negara, dry port barang, hingga kawasan industri berbasis sawit dan karet.

PLBN Entikong juga sangat sibuk melayani lalu lintas manusia dari Indonesia ke Malaysia atau sebaliknya. Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) mencatat di tahun ini saja ada 301.689 keberangkatan dan 289.122 kedatangan, sehingga terdapat 590.811 pelintas sepanjang tahun. Artinya, setiap harinya ada sekitar 1.600 orang yang melewati Entikong.

Di tengah padatnya aktivitas di wilayah ini, PLBN Entikong pun membutuhkan kualitas akses digital yang mumpuni, sehingga transaksi dan pergerakan terekam secara real time. Dengan jaringan internet yang stabil, proses pengiriman laporan pergerakan WNI dan WNA ke pusat bisa dilakukan tanpa jeda. Hal ini sangat krusial mengingat PLBN berfungsi sebagai simpul keamanan nasional, khususnya dalam situasi repatriasi, deportasi, atau kedatangan mandiri.

Entikong menjadi salah satu wilayah dengan akses seluler lebih baik dibanding 14 kecamatan lainnya. Di sinilah peran besar Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI), dalam menyediakan akses internet di perbatasan.

Saat ini sudah ada 3 BTS di Entikong dan totalnya mencapai 26 BTS di Kabupaten Sanggau yang dibangun oleh BAKTI sebagai dukungan terhadap akses internet bagi masyarakat setempat. Kehadiran BAKTI memperkuat akses internet dirasakan sangat membantu masyarakat Entikong.

Sebagai contoh, Kartiko, seorang pelaku UMKM sekaligus agen layanan keuangan digital di Entikong menggambarkan bagaimana internet yang membaik dapat mendorong usaha tumbuh cepat.

Kartiko bercerita sering menghadapi kesulitan ketika waktu awal menjadi agen BRILink lantaran banyaknya syarat dan harus mencapai target ribuan transaksi. Namun, setelah internet membaik dan mesin EDC tersedia, proses mutasi hingga bukti transaksi menjadi lebih rapi dan profesional.

"Sekarang customer melakukan pembayaran itu hitungan detik sudah masuk," ujarnya, dikutip Selasa (16/12/2025).

Jika dahulu transaksi pending mencapai tiga hari, kini nyaris tidak pernah terjadi. Hal ini pun membuat konsumennya semakin banyak, bahkan bisa mencapai 400 pelanggan per harinya.

Manfaat akses internet turut dirasakan oleh Titin, pemilik Warung Budhe, sebuah warung kecil yang menjadi salah satu tempat bersinggah di arah Mangkau yang diketahui hanya memiliki 4 warung makan. Lokasi warung yang berdekatan dengan menara BTS milik BAKTI di Mangkau juga membuatnya menjadi tempat peristirahatan bagi para prajurit penjaga perbatasan Indonesia-Malaysia.

Komandan Pos Mangkau, Lak Islak Bonitak, juga mengakui peran penting internet terhadap pendidikan anak-anak di sekitar pos. Banyak warga yang memanfaatkan sinyal internet dan akses untuk mengakses materi belajar serta mengikuti informasi materi pendidikan di luar sekolah. Pos Mangkau sendiri menggunakan akses internet yang salah satunya difasilitasi BAKTI.

Lantas, digitalisasi yang dirasakan oleh Kartiko, Sabana, Warung Budhe, hingga Pos Mangkau menjadi pertanda bahwa masyarakat perbatasan mampu beradaptasi cepat terhadap peluang yang ditawarkan internet, meski dengan keterbatasan yang ada. Masyarakat Entikong memanfaatkan konektivitas untuk transaksi keuangan, pendidikan, hingga komunikasi lintas negara, fungsi-fungsi dasar yang sebelumnya sulit diakses secara konsisten.

(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |