Jakarta, CNBC Indonesia - Investor emas akhirnya kembali happy setelah harga emas bangkit di tengah kejatuhan indeks dolar Amerika Serikat (AS). Anjloknya indeks dolar AS terjadi usai meningkatknya kekhawatiran tarif yang mulai berlaku per hari ini.
Pada perdagangan Senin (3/3/2025), harga emas dunia di pasar spot melesat 1,3% di level US$2.893,71 per troy ons. Penguatan tersebut berhasil mematahkan penurunan emas selama dua hari beruntun. Kenaikan kemarin juga mendekatkan emas kembali ke level US$ 2.900 per troy ons.
Pada perdagangan hari ini Selasa (4/3/2025) hingga pukul 06.32 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,07% di posisi US$2.891,74 per troy ons.
Harga emas naik lebih dari 1% pada perdagangan Senin setelah jatuh ke level terendah dalam tiga minggu pada sesi sebelumnya. Kenaikan emas ditopang oleh melemahnya dolar dan meningkatnya pembelian aset safe haven di tengah kekhawatiran atas kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.
"Saya pikir pada akhirnya kita berada di pasar yang sangat bullish dan emas bisa naik jauh lebih tinggi dari US$3.000, saya masih melihat berlanjutnya pembelian emas oleh bank sentral," ujar Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, kepada Reuters.
Indeks dolar AS (DXY) turun nyaris 1% pada perdagangan kemarin dan kembali ke level psikologis 106, menjauh dari level tertinggi lebih dari dua minggu yang dicapai pada sesi sebelumnya.
Pembelian emas dikonversi dalam dolar sehingga melemahnya dolar menguntungkan pembeli dengan mata uang lain.
Seperti diketahui, Trump telah memutuskan memberlakukan tingkatan tarif yang akan dikenakannya mulai Selasa pagi, atas impor dari Kanada dan Meksiko.
Minggu lalu, Trump mengancam China dengan bea masuk tambahan sebesar 10%, yang juga akan berlaku pada hari Selasa, yang mengakibatkan tarif kumulatif sebesar 20%.
Investor juga akan fokus pada laporan ketenagakerjaan ADP yang akan dirilis pada Rabu dan laporan penggajian nonpertanian AS yang akan dirilis pada Jumat untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).
Meskipun secara luas emas dipandang sebagai nilai lindung terhadap ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik bagi investor ketika suku bunga naik.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)