4 hours ago
3
Jakarta, CNBC Indonesia - Awal tahun 2025 diperkirakan menjadi titik terendah bagi pasar perhotelan Jakarta, terutama karena melambatnya aktivitas bisnis dan jatuhnya bulan Ramadhan pada bulan Maret.
Hal ini menjadikan Maret sebagai salah satu bulan dengan kinerja terendah sepanjang tahun 2025. Selain itu, dampak dari langkah efisiensi pemerintah cukup terasa, terutama bagi hotel-hotel yang sangat bergantung pada pasar pemerintah.
Jika tidak ada pelonggaran dari pemerintah, hampir dapat dipastikan pasar perhotelan di Jakarta akan bergantung sepenuhnya pada sektor nonpemerintah. Para pelaku perhotelan harus mencari pasar dan sumber pendapatan tambahan untuk bertahan hidup; jika tidak, tahun 2025 akan menjadi tahun yang cukup menantang bagi mereka.
"Sebagai dampak dari kebijakan efisiensi ini, para pelaku industri perhotelan juga harus efisien, menyesuaikan diri dengan kondisi pasar," kata Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto dalam risetnya, Jumat (4/7/2025).
Kuartal pertama secara umum biasanya menjadi periode paling lambat bagi sektor perhotelan di Jakarta, dan tahun 2025 pun pola tersebut berulang. Selain itu, dampak dari kebijakan efisiensi pemerintah yang membuat pengeluaran anggaran daerah lebih ketat yang mencakup diantaranya: perjalanan dinas, kunjungan studi, seminar, dan diskusi kelompok terarah-terasa cukup signifikan, terutama bagi hotel yang sangat bergantung terhadap pasar pemerintah.
Dari riset Colliers, dampak dari kebijakan efisiensi pemerintah telah mendorong para pelaku industri perhotelan untuk menerapkan langkah efisiensi mereka sendiri agar tetap bisa beroperasi. Pekerja harian di hotel mengalami pengurangan jam kerja, dan karyawan diminta untuk mengambil cuti atau cuti tanpa dibayar guna menekan biaya operasional akibat tamu yang sepi.
(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Orang Check-in Hotel Minim Saat Ramadan, Hotel di Jakarta Sepi Lengang
