Jakarta, CNBC Indonesia - Infrastruktur data center merupakan penopang inti dalam mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI). Seiring meningkatnya popularitas AI, permintaan data center ikut membludak, bahkan bisa dibilang sebagai 'harta karun' baru.
Raksasa teknologi berlomba-lomba menggelontorkan investasi miliaran dolar AS untuk membangun data center di berbagai belahan dunia. Menurut estimasi Citigroup beberapa saat lalu, total belanja infrastruktur AI global akan menembus US$2,8 triliun atau sekitar Rp 46.800 triliun hingga 2029 mendatang. Angka itu naik dari proyeksi sebelumnya senilai US$2,3 triliun.
Namun, ada konsekuensi yang harus dibayar akibat pertumbuhan data center yang melonjak drastis. CNBC International melaporkan harga listrik naik signifikan di Amerika Serikat (AS). Para pemilih Presiden AS Donald Trump marah karena merasa dirugikan.
Mereka menyalahkan industri AI yang membuat pasokan listrik mengalir deras untuk menjalankan data center. Akibatnya, harga listrik naik akibat permintaan yang membludak.
Dikutip dari CNBC International, Senin (17/11/2025), tagihan utilitas perumahan naik 6% rata-rata secara nasional pada Agustus 2025 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, menurut Badan Informasi Energi AS.
Alasan kenaikan harga seringkali kompleks dan bervariasi di setiap wilayah. Namun, setidaknya di tiga negara bagian dengan konsentrasi data center yang tinggi, tagihan listrik naik jauh lebih cepat daripada rata-rata nasional selama periode tersebut.
Kenaikan Harga Listrik Bikin Rakyat Menjerit
Misalnya, harga listrik melonjak sebesar 13% di Virginia, 16% di Illinois, dan 12% di Ohio.
Raksasa teknologi dan lab AI membangun data center yang mengonsumsi listrik 1 gigawatt atau lebih. Angka itu setara dengan kebutuhan 800.000 rumah, atau seukuran kira-kira satu kota.
Virginia memiliki konsentrasi data center tertinggi di dunia, yakni sebanyak 666 unit. Kandidat Demokrat Abigail Spanberger memenangkan pemilihan gubernur negara bagian tersebut dengan telak berkat kampanyenya yang berfokus pada biaya hidup.
Spanberger menyalahkan data center atas kenaikan harga listrik, berjanji akan membuat perusahaan teknologi "membayar sendiri biayanya dan mendapatkan bagian yang adil" dari kenaikan biaya tersebut.
Pemilihan gubernur bisa menjadi pertanda tantangan politik bagi pembangunan data center AI, mengingat pemilihan paruh waktu (mid-term) tinggal setahun lagi dan Partai Demokrat berfokus pada keterjangkauan sebagai isu utama mereka.
Di Washington, beberapa senator Demokrat menyoroti hubungan dekat yang telah dibangun Presiden Trump dengan para pemimpin perusahaan teknologi besar dan laboratorium AI.
Senator Richard Blumenthal dari Connecticut dan Senator Bernie Sanders dari Vermont pada pekan ini menyoroti 'kesepakatan manis' Gedung Putih dengan perusahaan-perusahaan teknologi besar. Keduanya menuduh pemerintah gagal melindungi konsumen dari "kewajiban mensubsidi biaya data center".
"Perang teknologi itu nyata," kata Abraham Silverman, yang menjabat sebagai penasihat umum dewan utilitas publik New Jersey dari tahun 2019 hingga 2023 di bawah Gubernur Demokrat Phil Murphy yang akan segera lengser.
"Data center tidak selalu menjadi tetangga yang baik," kata Silverman, yang kini menjadi peneliti di Universitas Johns Hopkins.
"Data center cenderung bising, bisa kotor, dan ada sejumlah komunitas, terutama di tempat-tempat dengan konsentrasi data center yang sangat tinggi, yang tidak menginginkan lebih banyak data center," ia menambahkan.
Hubungan Data Center dan Kenaikan Harga Listrik
Virginia, Illinois, dan Ohio termasuk di antara 'Top 5' negara bagian yang memiliki data center terbanyak. Kebanyakan data center di wilayah tersebut dilayani oleh operator jaringan yang sama, PJM Interconnection.
PJM adalah jaringan listrik terbesar di AS, melayani lebih dari 65 juta orang di 13 negara bagian, termasuk New Jersey, tempat Silverman menjadi penasihat dewan utilitas negara bagian.
Menurut laporan CNBC International, jaringan PJM menghadapi ketidakseimbangan yang signifikan antara permintaan dan pasokan. PJM mengadakan lelang untuk mengamankan kapasitas listrik dari pembangkit listrik guna memastikan keandalan jaringan.
Lelang untuk periode 2024-2025 menghasilkan tagihan sebesar US$2,2 miliar. Tagihan tersebut kemudian melonjak lebih dari 500% menjadi $14,7 miliar untuk periode 2025-2026.
Sebuah lembaga pengawas independen yang memantau lelang PJM menemukan bahwa permintaan data center, baik aktual maupun proyeksi, mencapai US$9,3 miliar, atau 63% dari total tagihan kapasitas daya untuk periode 2025 hingga 2026. Dalam lelang terakhir, harga melonjak 10% menjadi US$16,1 miliar.
"Pertumbuhan beban data center merupakan alasan utama yang memicu kondisi pasar kapasitas saat ini. Konsekuensi yang berpotensi muncul termasuk pertumbuhan beban total proyeksi, keseimbangan pasokan dan permintaan yang ketat, serta harga yang tinggi," demikian pernyataan perusahaan Monitoring Analytics dalam laporan Independent Market Monitor pada Juni 2025.
Harga kapasitas tersebut dibebankan kepada konsumen melalui tagihan utilitas mereka, kata Silverman. Beban data center di PJM juga memengaruhi harga di negara bagian yang bukan pemimpin industri seperti New Jersey, di mana harga melonjak sekitar 20% dari tahun ke tahun.
Kandidat Demokrat Mikie Sherrill memenangkan pemilihan gubernur di Garden State, sebagian karena janjinya untuk membekukan kenaikan tagihan listrik.
"Ini merupakan komponen yang sangat besar dari krisis keterjangkauan yang kita alami saat ini," kata Silverman tentang dampak pusat data terhadap harga kapasitas.
Ada alasan lain di balik kenaikan harga listrik, kata Silverman. Ia mengatakan jaringan listrik yang menua membutuhkan peningkatan di tengah inflasi yang meluas dan biaya pembangunan saluran transmisi baru telah melonjak dua digit.
Perusahaan utilitas juga menunjukkan peningkatan permintaan dari ekspansi manufaktur domestik dan elektrifikasi ekonomi yang lebih luas, seperti kendaraan listrik dan adopsi pompa panas listrik di beberapa wilayah.
Meskipun beberapa anggota Partai Demokrat menyalahkan Gedung Putih, kondisi yang menyebabkan kenaikan harga listrik di wilayah PJM dimulai sebelum pemerintahan Trump yang kedua menjabat.
Trump berjanji untuk memangkas harga listrik hingga setengahnya selama tahun pertamanya menjabat. Hal itu belum terjadi dan kemungkinan besar tidak akan terjadi dalam beberapa tahun mendatang karena pasokan dan permintaan yang ketat.
"Sulit untuk melihat tagihan utilitas turun dalam dekade ini," kata Rob Gramlich, presiden Grid Strategies, sebuah perusahaan konsultan sektor kelistrikan.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang China-AS Makin Panas, Ternyata Ada Peluang Besar Buat RI

2 hours ago
1

















































