Rote Ndao, CNBC Indonesia - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai memasuki tahap produksi pada Maret 2026. Target ini ditetapkan dengan mempertimbangkan berakhirnya musim hujan, sehingga proses produksi garam dapat berjalan optimal.
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP, Koswara menegaskan, K-SIGN dirancang sebagai fasilitas industri penghasil garam, bukan sekadar proyek pembangunan infrastruktur.
"Jadi, K-SIGN ini kan fasilitas produksi gitu ya. Jadi kita membangun bukan membuat infrastruktur saja, tapi membuat fasilitas industri yang nanti menghasilkan garam," kata Koswara kepada wartawan di Kantor Direksi KEET Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN), Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (23/12/2025).
Ia menjelaskan, dari sisi konstruksi fisik, progres pembangunan saat ini sudah melampaui 85%. Namun jika dilihat dari kesiapan fasilitas industri, yakni tahapan yang sudah menunjang proses produksi, progresnya baru mencapai 62%.
"Kalau secara fisik, konstruksi fisik gitu, itu sudah sampai 85% lebih. Namun kalau dilihat dari progres industri, itu saat ini baru 62%," ujarnya.
Menurut Koswara, progres industri dihitung dari kesiapan kolam yang sudah benar-benar bisa digunakan untuk produksi. Misalnya, dasar kolam yang telah padat dan tidak lagi menyerap air sehingga mampu meningkatkan salinitas ketika dialiri air laut.
"Jadi bukan hanya membuat kolam, tapi proses produksinya juga dihitung," jelasnya.
Produksi Dimulai Maret
Koswara memastikan target awal produksi di Maret 2026 masih sesuai rencana. Namun, produksi yang dimaksud bukan berarti garam langsung bisa dipanen pada bulan tersebut.
"Iya. Target produksi itu ketika semua fasilitas sudah selesai, baru bisa produksi. Nah kenapa Maret? Karena kita anggap Maret sudah selesai masa hujan," kata Koswara.
Foto: Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono melakukan peninjauan sekaligus melihat langsung penandatanganan perjanjian kerjasama pembangunan modeling lahan garam, antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Bupati Rote Ndao di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Selasa (3/6/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono melakukan peninjauan sekaligus melihat langsung penandatanganan perjanjian kerjasama pembangunan modeling lahan garam, antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Bupati Rote Ndao di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Selasa (3/6/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Ia menjelaskan, meski fasilitas selesai lebih cepat, produksi tetap belum bisa dilakukan jika masih memasuki musim hujan.
"Kalau kita selesai di bulan Januari pun, belum bisa produksi. Karena kan masih hujan," ujarnya.
Proses produksi dimulai dengan pengairan kolam menggunakan air laut. Dari tahap awal hingga terbentuk kristal garam membutuhkan waktu sekitar 60 hari.
"Mulai produksi itu artinya mulai di-airi ya. Mulai di-airi air laut, sampai jadi garam itu ada waktu. Waktunya kurang lebih 60 hari," terang Koswara.
Setelah siklus pertama selesai, panen berikutnya dapat dilakukan secara berkelanjutan tanpa harus menunggu waktu yang sama.
"Nah setelah siklus pertama menghasilkan garam, nanti siklus berikutnya itu lebih cepat. Jadi tidak nunggu lagi 60 hari," jelasnya.
Ia menegaskan sistem produksi dirancang berlangsung terus-menerus selama musim panas.
"Berkelanjutan. Sampai musim panasnya selesai," ucap Koswara.
Lebih lanjut, KKP menargetkan garam yang dihasilkan dari K-SIGN langsung memenuhi standar garam industri dengan tingkat kemurnian tinggi.
"Garam industri. Kita target standarnya, kita jadi garam industri. Garam industri artinya, si NACL-nya itu murni. Kemurniannya 97%," tegasnya.
(wur)
[Gambas:Video CNBC]

2 hours ago
1
















































