Tak Cuma Rokok, Kini Muncul Sinyal Orang RI Pilih Beli Mobil Murah

2 weeks ago 10

Jakarta, CNBC Indonesia - Membeli barang yang harganya lebih murah saat ini seakan jadi tren baru di Indonesia.

Sebelumnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (DJBC Kemenkeu) membenarkan adanya fenomena orang RI beralih ke rokok murah alias downtrading.

Di kesempatan lain, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, orang Indonesia juga kini cenderung irit berbelanja dan memilih membeli barang yang harganya lebih murah.

Dan kini, fenomena itu menular ke penjualan mobil di Indonesia. Hal ini pun dikhawatirkan akan menghalangi laju penjualan mobil baru di Indonesia.

Diperkirakan, penjualan mobil tahun 2025 ini masih akan lesu, kembali tak akan sentuh 1 juta unit. Ini berarti akan melanjutkan kondisi di tahun 2024 lalu, yang mencatat penjualan mobil baru nasional dari pabrikan ke diler (wholesales) hanya mencapai 865.723 unit. Angka ini jauh lebih kecil dibanding tahun 2023 yang tercatat sebanyak 1.005.802 unit, artinya ada penurunan sebesar 140.079 unit atau 13,9%. 

Begitu juga dengan penjualan dari diler ke konsumen (retail sales), anjlok 10,9% atau 108.379 unit dari 998.059 unit di 2023 menjadi 889.680 unit sepanjang tahun 2024.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, saat ini daya beli masyarakat kelas menengah di Indonesia sedang tertekan akibat kenaikan biaya hidup. Padahal, kelas menengah merupakan tulang punggung penjualan mobil di Indonesia. Kelas menengah di Indonesia dilaporkan mengalami penyusutan dari 57,33 juta orang pada tahun 2019 menjadi 49,51 juta orang pada tahun 2024.

Josua menjelaskan, hal itu dipicu stagnasi pertumbuhan pendapatan dan meningkatnya biaya kebutuhan pokok. Yang kemudian berdampak pada pembatasan pengeluaran untuk barang-barang bernilai tinggi seperti mobil.

Selain itu, sambungnya, indeks ketersediaan lapangan kerja dan indeks pembelian barang tahan lama mengalami penurunan, yang mencerminkan persepsi ekonomi yang lebih konservatif di kalangan konsumen.

"Penurunan ini menyebabkan konsumen menjadi lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang untuk barang mewah, termasuk mobil," kata Josua kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (25/2/2025).

Di saat bersamaan, lanjutnya, ada kenaikan berbagai biaya yang semakin memperberat keterjangkauan harga mobil. Seperti PPN menjadi 12%, kenaikan UMP sebesar 6,5%, dan rencana kenaikan biaya pendaftaran kendaraan bermotor (BBNKB).

"Juga, penerapan Pajak Opsen yang menaikkan tarif pajak kendaraan bermotor di beberapa provinsi, seperti di Jawa Timur yang naik sebesar 32,80%, berpotensi menurunkan minat pembelian kendaraan," sambungnya.

Tak hanya itu, Josua menambahkan, ada kejenuhan pasar di segmen tertentu, terutama di segmen MPV dan LCGC yang selama ini menjadi kontributor utama penjualan mobil nasional.

"Penurunan penjualan model-model populer seperti Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, dan Honda Brio menunjukkan adanya potensi kejenuhan di segmen tersebut," ungkap Josua.

"Juga, terjadi pergeseran preferensi konsumen ke kendaraan ramah lingkungan seperti Hybrid Electric Vehicles (HEV) dan Battery Electric Vehicles (BEV). Meskipun segmen ini mengalami pertumbuhan, kontribusinya terhadap total penjualan mobil masih terbatas," lanjutnya.

Kombinasi faktor-faktor yang saling itu, menurutnya, jadi penyebab penurunan penjualan mobil di Indonesia hingga tak mampu mencapai 1 juta unit di tahun 2025 ini. 

"Selain itu, fenomena downtrading,"cetusnya.

"Pembiayaan untuk mobil bekas mengalami pertumbuhan dua digit menunjukkan kecenderungan konsumen untuk mencari alternatif yang lebih murah dibandingkan membeli mobil baru," pungkas Josua.


(dce/dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Penjualan Mobil RI Turun 11% di Januari 2025

Next Article Alarm Bahaya! Penjualan Mobil RI Terancam Kena Efek Buruk PPN 12%

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |