Susahnya Cari Kerja, Orang Tua Antar Anak Sebar CV di Job Fair

7 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Di Hall B Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro, Jakarta, bursa kerja Jakarta Job Fair 2025 kembali didatangi sejumlah orang yang berjuang mengubah status dari pengangguran menjadi pekerja. 

Chandra (60-an tahun) berdiri sambil sesekali menatap kiri dan kanan. Ia terlihat lebih gugup daripada para pencari kerja di sekitarnya.

"Saya cuma mengantar anak," ucapnya sambil tersenyum kecil. Anak yang dimaksud adalah putrinya, Karissa (24 tahun) lulusan Sastra Indonesia dari Universitas Indonesia. "Baru lulus Februari kemarin. Saya temani supaya dia enggak salah tujuan. Biar yakin pilihannya," ujarnya.

Tak lama, Karissa menghampiri sang ayah. Wajahnya cerah dan penuh harap. Ia baru saja melamar ke salah satu perusahaan sebagai customer service.

"Saya mau coba keliling lagi. Yang penting apply dulu, cocok atau enggak urusan nanti," katanya ringan. Ia tak keberatan bila harus bekerja di luar bidang studinya. "Anggap saja batu loncatan, karena cari kerja susah apalagi jurusan sastra kaya saya, tidak banyak lowongan yang semua jurusan," ujarnya sebelum kembali menyusuri stan-stan lain.

Tak jauh dari mereka, seorang ibu rumah tangga paruh baya bernama Rani juga terlihat mondar-mandir. Ia datang dari Pondok Gede mengantar anaknya, Radin, lulusan sarjana IT yang sudah satu tahun menganggur. "Ya namanya ibu, kasihan lihat anak enggak kerja-kerja. Saya ikut aja, siapa tahu dia butuh dukungan," tuturnya.

Meski punya latar belakang IT, Rani bilang anaknya siap kerja apa saja, bahkan posisi admin pun tak masalah. "Yang penting kerja. Sekarang cari kerja susah. Saya dulu tahun 1980-an lulus wisuda sebulan langsung kerja," ujarnya pelan.

Sejumlah pencari kerja mengantre saat menghadiri acara Jakarta Jobfair di GOR Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (16/7/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)Foto: Sejumlah pencari kerja mengantre saat menghadiri acara Jakarta Jobfair di GOR Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (16/7/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Perjuangan para anak muda ini memang bukan cerita baru. Banyak dari mereka datang dengan CV terbaik, transkrip nilai, dan pengalaman magang di file handphonenya, sebab apply sekarang tak lagi berbentuk fisik, kebanyakan lewat online. Mereka harus memindai barcode untuk apply.

Oktaviani Putri Ramadhani (18 tahun) baru lulus SMA jurusan akuntansi. Ia datang sendiri ke job fair, membawa harapan baru setelah kegagalannya dalam seleksi sebelumnya. "Aku udah pernah dipanggil kerja, tapi gagal di psikotes. Sekarang coba apply lagi, hampir semua lowongan admin aku isi barcode-nya," katanya.

Meski usianya masih muda, Oktaviani sadar, mencari pekerjaan bukan perkara mudah. "Susah sih, tapi aku masih terus berusaha," katanya tampak semangat.

Devi (24 tahun), yang sebelumnya sempat mengajar, kini juga mencari pekerjaan dengan gaji tetap. "Dulu sempat jadi guru. Sekarang sih admin atau resepsionis juga enggak papa. Yang penting ada penghasilan," ujarnya. Ia mengaku sudah apply ke banyak tempat, tapi belum juga dipanggil.

Lain lagi cerita Eka Cipta (27 tahun), lulusan sarjana yang pernah bekerja di Shopee. Ia sudah dua bulan menganggur sejak resign pada Mei lalu. "Tadi aku udah apply posisi social media specialist. Tapi emang cari kerja sekarang tuh jauh lebih susah," katanya.

Menurut Eka, justru saat pandemi dulu dirinya lebih gampang dapat kerja. "Sekarang banyak yang ghosting. Interview udah, dokumen udah, tapi enggak ada kabar. Saya juga pernah ditawarin kerja tapi lokasinya jauh banget. Akhirnya ya enggak jadi," katanya. Ia berharap perusahaan bisa lebih terbuka pada pelamar-pelamar yang masih fresh tapi punya semangat dan kemauan belajar.

Jakarta Job Fair 2025 yang digelar oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi (Disnakertrans) Jakarta Selatan ini berlangsung pada 16-17 Juli di dua titik, yakni GOR Pasar Minggu dan Hall B Multifungsi GOR Soemantri Brodjonegoro. Ada sekitar 40 perusahaan dari berbagai sektor industri yang ikut serta, menyediakan lowongan mulai dari admin, customer service, marketing, hingga sales project.

Namun, di tengah puluhan peluang itu, tak semua pengunjung bisa langsung bertemu perekrut. Meski ada beberapa yang walk in interview, banyak proses yang hanya mengarahkan pelamar mengisi barcode atau formulir online. Selebihnya, hanya menunggu.

Mereka menunggu panggilan. Menunggu notifikasi. Menunggu email balasan. Menunggu kabar baik yang entah kapan datangnya.

Meski begitu, tak ada satu pun dari mereka yang tampak ingin menyerah. Ada yang datang sendiri, ada yang ditemani orang tua. Tapi semangatnya sama, yaitu bertahan. Mereka tetap antre, tetap menyesuaikan CV, tetap mencoba meski sebelumnya pernah gagal. Pernah di ghosting HRD. Pernah pulang dari wawancara dengan hati kosong.

Di luar hall, AC ruangan terasa sejuk, dan beberapa masih duduk di tangga depan sambil mengecek email. Ada yang menyesap air mineral perlahan, ada yang mengecek ulang daftar perusahaan yang belum sempat dikunjungi.

Tak semua dapat pekerjaan hari itu. Tapi mereka semua membawa sesuatu pulang, yaitu semangat untuk mencoba lagi besok. Dan sebagian dari mereka punya pelukan hangat dari ayah atau ibu yang diam-diam juga berdoa agar satu pintu terbuka di tengah begitu banyak yang tertutup.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Makin Banyak Orang Nganggur, Pameran Bursa Kerja Diserbu Warga

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |