Studi: Mikroplastik Picu Bakteri Lebih Resisten Terhadap Antibiotik

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Studi terbaru menemukan mikroplastik dapat menyebabkan bakteri menjadi lebih resisten terhadap antibiotik. Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Applied and Environmental Microbiology seperti dilansir laman Euro News, Senin (17/3/2025).

Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Boston University, AS, menemukan keberadaan mikroplastik di lingkungan dapat memperkuat daya tahan bakteri terhadap pengobatan antibiotik. Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran kurang dari lima milimeter yang tersebar luas di lingkungan dan bahkan ditemukan dalam tubuh manusia.

Para peneliti menguji bagaimana bakteri Escherichia coli (E. coli), yang dapat menyebabkan infeksi seperti keracunan makanan, bereaksi terhadap berbagai konsentrasi mikroplastik. Peneliti utama, Neila Gross, mengatakan bahwa mikroplastik menyediakan permukaan yang ideal bagi bakteri untuk menempel dan berkembang biak.

"Ketika menempel di suatu permukaan, bakteri menciptakan lapisan pelindung yang disebut biofilm, yang lebih kuat dan tebal. Hal ini mirip dengan rumah yang memiliki insulasi ekstra," kata Neila Gross, kandidat PhD di Boston University.

Dalam penelitian ini, para ilmuwan menguji empat jenis antibiotik umum. Dari situ mereka menemukan kombinasi biofilm dan mikroplastik membuat antibiotik menjadi kurang efektif.

"Kami menemukan bahwa biofilm pada mikroplastik, dibandingkan dengan permukaan lain seperti kaca, jauh lebih kuat dan tebal, seperti rumah dengan lapisan insulasi yang sangat banyak," tambah Gross.

Dari berbagai jenis plastik yang diuji, polistirena menunjukkan dampak paling besar dalam meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap resistensi antimikroba (AMR) sebagai salah satu ancaman kesehatan global terbesar. AMR membuat bakteri, virus, jamur, dan parasit menjadi lebih sulit diobati, sehingga mengancam kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan.

Pada tahun 2020, lebih dari 865.000 kasus infeksi yang resisten terhadap antibiotik terjadi di negara-negara Eropa. Lebih dari 35.000 kematian akibat infeksi tersebut.

"Fakta bahwa mikroplastik tersebar luas di sekitar kita, terutama di daerah miskin dengan sanitasi terbatas, membuat temuan ini semakin mengkhawatirkan," kata Muhammad Zaman, profesor teknik biomedis di Boston University.

Ia menambahkan bahwa masyarakat yang kurang beruntung mungkin menghadapi risiko lebih tinggi akibat interaksi antara mikroplastik dan bakteri, yang menegaskan perlunya pengawasan lebih ketat dan penelitian lebih lanjut.

Walaupun temuan ini signifikan, para ahli menekankan bahwa penelitian dilakukan dalam kondisi laboratorium yang terkontrol.

"Ini adalah studi laboratorium menggunakan E. coli dan empat jenis antibiotik dalam kondisi yang dikendalikan, sehingga belum sepenuhnya mencerminkan kompleksitas dunia nyata," ujar Shilpa Chokshi, profesor di University of Plymouth, Inggris, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Chokshi menambahkan bahwa diperlukan lebih banyak studi untuk memahami apakah efek ini juga terjadi dalam infeksi manusia atau lingkungan yang lebih luas.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |