Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, ketidakpastian ekonomi saat ini, yang utamanya dipicu oleh konflik di berbagai belahan dunia, hingga kebijakan proteksionisme negara-negara besar telah memberi dampak terhadap perekonomian domestik.
"Situasi perekonomian global yang terus mengalami tekanan juga berimbas pada perekonomian dalam negeri," kata Sri Mulyani saat berpidato dalam Sidang Paripurna DPR ke-21 tentang Tanggapan Pemerintah Terhadap Pandangan Fraksi Atas Kerangka Ekonomi Makro dan Kebijakan-Kebijakan Fiskal RAPBN TA 2026. di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (1/7/2025).
Sri Mulyani mengatakan, dampak pertama terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 yang hanya tumbuh 4,87% secara tahunan. Terutama dipengaruhi oleh kian melambatnya realisasi investasi.
"Dari sisi investasi, kuartal I-2025 Indonesia hanya tumbuh 2,12% year on year, ini merupakan pertumbuhan yang cukup rendah, mencerminkan ketidakpastian global dan ketidakpastian dari kepercayaan diri pelaku ekonomi untuk bisa melakukan tindakan investasi," tuturnya.
Tekanan yang dialami beberapa sektor ekonomi itu ia sebut dipicu oleh perkembangan perekonomian global yang dihantui ketidakpastian. Terutama akibat tatanan global yang telah bergeser memasuki sistem multipolar, fragmentasi geopolitik, dan meningkatnya rivalitas antarnegara.
Kondisi itu ia sebut telah mengikis semangat globalisasi dan kerja sama multilateral, karena telah digantikan oleh semangat proteksionisme dan orientasi nasionalistik yang mengedepankan "my country first".
"Eskalasi konflik geopolitik bahkan telah pecah menjadi perang militer. Kondisi itu menjadi penghalang utama dari pulihnya aktivitas ekonomi, menghambat arus perdagangan, dan investasi, serta meningkatkan volatilitas pasar keuangan," tutur Sri Mulyani.
Ia pun menegaskan, berbagai permasalahan global saat ini pun telah membuat berbagai lembaga internasional merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2025.
Bank Dunia atau World Bank misalnya, pada Juni 2025 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global hanya 2,3%, dan proyeksi IMF pada April 2025, adalah sebesar 2,8%.
"Ekonomi terbesar seperti AS, China, Jepang, dan Eropa mengalami revisi pertumbuhan ke bawah. tekanan global diperburuk dengan volatilitas harga komoditas, nilai tukar, dan suku bunga yang tertahan tinggi," papar Sri Mulyani.
(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dunia Tahun Ini Kembali Gelap, Sri Mulyani: Tekanannya Bertubi-Tubi