Siap-Siap, Terbang ke Belanda Bayar Penalti Rp3,6 Juta-Ini Penyebabnya

4 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tiket pesawat ke Eropa, khususnya ke Belanda, berpotensi melonjak mulai tahun depan. Pasalnya, pemerintah Belanda akan menerapkan aturan ketat terkait penggunaan bahan bakar ramah lingkungan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) bagi seluruh penerbangan internasional yang masuk ke wilayahnya.

Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Sokhib Al Rohman mengungkapkan, maskapai yang belum menggunakan SAF sedikitnya 1% akan dikenai penalti cukup besar. Dan penalti itu akan jadi beban penumpang.

"Kalau airline (maskapai penerbangan) nggak menerapkan 1% SAF tahun depan, misal Belanda akan menerapkan semua penerbangan internasional masuk Belanda, kalau nggak menggunakan SAF akan terkena penalti kurang lebih 190 Euro (sekitar Rp3,66 juta, kurs 23/10/2025 Rp19.268,42 per 1 Euro) per penumpang. Kalau nggak menggunakan bahan bakar SAF maka nggak bisa nikmati harga tiket seperti saat ini," ujar Sokhib.

Sokhib menjelaskan, tidak semua bahan bakar nabati bisa digunakan untuk menghindari penalti tersebut. Penggunaan minyak kelapa sawit murni justru akan terkena penalti, sementara penggunaan bahan bakar dari minyak jelantah bisa diterima dan diakui secara internasional.

"Kalau menggunakan minyak kelapa sawit murni, kita kena penalti. Kalau gunakan minyak jelantah kita ngga kena penalti, Maka di penerbangan Pertamina menggunakan bioavtur dengan minyak jelantah 1%, minggu lalu launching dengan menggunakan minyak jelantah yang blended 1% dengan avtur penerbangan," jelasnya.

Ia menambahkan, penggunaan bioavtur berbasis minyak jelantah ini bukan hanya membantu maskapai menghindari denda, tetapi juga membuka peluang ekspor bahan bakar ramah lingkungan dari Indonesia.

"Jika 2026 atau 2027 penerbangan kita yang ke internasional pakai blended minyak jelantah maka nggak kena 190 Euro," katanya.

Untuk memastikan kualitas dan standar keberlanjutan bahan bakar tersebut, pemerintah juga menyiapkan lembaga independen yang bertugas melakukan sertifikasi terhadap bioavtur hasil campuran.

"Kita ada lembaga sertifikasi independen untuk melakukan sertifikasi blended minyak avtur dan jelantah," ujar Sokhib.

Lebih lanjut, Sokhib mengungkapkan adanya inisiatif menarik di tingkat masyarakat. Nantinya, masyarakat bisa menukarkan minyak jelantah ke SPBU untuk kemudian dikumpulkan dan diolah menjadi bioavtur di Kilang Cilacap milik Pertamina.

"Ada juga program di mana masyarakat bisa menukarkan minyak jelantah di SPBU, yang akan dikumpulkan, lalu dibawa ke Cilacap dan diolah dengan avtur. Dari Cilacap berpotensi ekspor 1% avtur SAF ke negara lain dengan minyak jelantah," pungkasnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Pertamina Perkuat Transisi Energi Melalui Sustainable Aviation Fuel

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |