Sempat Sentuh Rekor Tertinggi, Harga Perak Loyo Sepanjang Pekan

7 hours ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan penuh gejolak bagi harga perak dunia. Sempat mencatat rekor harga tertinggi sejak 14 tahun lalu, tekanan dari ekonomi Amerika Serikat (AS) akhirnya menyeret perak ke teritori negatif.

Berdasarkan data Refinitiv, harga perak dunia tercatat di US$38,17 per ons pada Jumat (18/7/2025. Posisi tersebut tercatat turun 0,51% dibandingkan pekan sebelumnya.

Pada perdagangan Senin (14/7/2025) harga perak sempat menyentuh harga tertinggi sejak 2011 atau 14 tahun lalu. Saat itu harganya mencapai US$39,1 per ons.

Penguatan tersebut seiring permintaan perak sebagai safe haven setelah Presiden AS Donald Trump mengancam tarif pada Uni Eropa dan Meksiko.

Waktu itu, Trump mengatakan pada hari Sabtu bahwa ia akan mengenakan tarif sebesar 30% pada sebagian besar impor dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus, seraya menambahkan peringatan serupa untuk negara-negara lain.

Baik Uni Eropa maupun Meksiko menggambarkan tarif tersebut sebagai tidak adil dan mengganggu, sementara UE mengatakan akan memperpanjang penangguhan tindakan balasan.

terhadap tarif AS hingga awal Agustus dan terus mendesak penyelesaian melalui negosiasi.

"Ancaman tarif Trump mendukung permintaan aset safe haven, dan emas merupakan penerima manfaat utama dari hal tersebut," kata analis komoditas UBS, Giovanni Staunovo.

Sementara reli perak "didorong oleh arus spekulatif, dengan logam bergerak di atas level resistensi teknis," kata Staunovo.

Namun, katalis positif itu tidak bertahan lama. Keesokan harinya harga perak pun terjungkal 0,6% ke posisi US$37,71 per ons. 

Penyebabnya adalah indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama dunia lainnya, terungkit ke posisi tertinggi dalam tiga pekan. Hal ini membuat emas batangan yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Selain itu juga ada aksi ambil untung oleh para investor setelah harga perak reli dan menyentuh posisi tertinggi sejak September 2011 atau 14 tahun silam.

Penurunan harga tersebut kemudian dibalas pada tiga hari perdagangan selanjutnya secara beruntun.

Harga perak menguat disebabkan oleh melemahnya dolar AS dan ketidakpastian geopolitik dan ekonomi yang sedang berlangsung meningkatkan permintaan untuk logam safe-haven.

Perak sendiri dinilai masih memiliki masa depan yang cerah. Mengutip Reuters pada Minggu (20/7/2025), ahli strategi komoditas WisdomTree Nitesh Shah mengatakan,"Perak memiliki fundamental yang kuat, dengan logam tersebut mengalami defisit pasokan, sementara permintaan, terutama di sektor surya, tetap kuat."

(ras/ras)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |