Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto akan melanjutkan proyek hilirisasi batu bara menjadi gas atau dalam hal ini gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME). Proyek ini dinilai bisa mensubstitusi penggunaan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Sebagaimana diketahui hilirisasi batu bara menjadi DME ini dicetuskan di era Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi). Proyek ini sempat dibanggakan lantaran jika ini berjalan dinilai bisa menekan impor LPG.
Sebelumnya, ada investor petrokimia dari Amerika Serikat (AS) yakni Air Products and Chemicals Inc yang akan mengembangkan DME ini di Muara Enim, Sumatera Selatan (Sumsel) bersama dengan BUMN lainnya yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Hanya saja, investor tersebut menyatakan hengkang dari proyek ini karena dinilai tidak ekonomis.
Nah, yang terbaru, Presiden RI Prabowo Subianto dikabarkan akan melanjutkan pembangunan proyek DME itu. Rencananya pemerintah akan membangun proyek ini dengan sumber dana dari dalam negeri.
Hal ini diungkapkan, Menteri Energi Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, usai rapat terbatas (ratas) dengan Presiden Prabowo Subianto terkait hilirisasi, di Istana Negara, dikutip Rabu (5/3/2025)
"Kita juga akan membangun DME yang berbahan baku dari pada batu bara, low calorie sebagai subtitusi dari pada LPG. Ini kita akan lakukan agar betul-betul produknya bisa dipasarkan dalam negeri sebagai subtitusi impor," kata Bahlil.
Dalam kesempatan itu Bahlil juga menjelaskan terkait proyek DME, sebetulnya sudah ada rencana pembangunan dari investor asal Amerika Serikat (AS) dan China. Namun rencana itu urung dilakukan dengan alasan tertentu.
"Saya ingin menjelaskan bahwa tahun-tahun sebelumnya DME itu sudah pernah kita lakukan dan bahkan sudah lakukan groundbreaking, tapi waktu itu investornya dari Air Products itu kemudian mundur. Tapi kemudian ada investor dari China tapi juga tidak mampu diimplementasikan," kata Bahlil.
Investasi Rp 180 Triliun
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno menyatakan, bahwa dari 21 proyek hilirisasi yang akan dipercepat, proyek gasifikasi batu bara menjadi DME menjadi yang terbesar.
Adapun, nilai investasi dari proyek ini diperkirakan mencapai US$ 11 miliar atau sekitar Rp 180 triliun (asumsi kurs Rp 16.450 per US$).
Dari 21 proyek hilirisasi, terdapat 4 proyek hilirisasi DME, 1 proyek hilirisasi besi, 1 proyek hilirisasi alumina, 1 proyek hilirisasi aluminium, 2 proyek hilirisasi tembaga, dan 2 proyek hilirisasi nikel.
"Paling gede DME, DME-nya 4. DME-nya 4 itu sekitar US$ 11 miliar," kata Tri ditemui di Gedung Kementerian ESDM, dikutip Rabu (5/3/2025).
Tri memastikan bahwa pendanaan proyek DME akan berasal dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Sementara itu, pelaksana proyek masih dalam tahap pembahasan dan berpotensi melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Nanti pelaksananya bisa BUMN atau yang lain, sampai ke tataran pelaksana masih dalam pembahasan," ujarnya.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: 2 Negara NATO Ancam Blokir Kebijakan EU-Harga Emas Naik Lagi
Next Article Proyek Pengganti LPG Disiapkan dari Aceh Hingga Jawa, Ini Kata Bahlil