Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang semester I/2025, masih ada enam sektor yang terpantau menjadi beban bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Mereka adalah Sektor consumer cyclicals, industrial, consumer non cyclicals. properti, infrastruktur, dan financial. Berikut rinciannya :
Dari data di atas terlihat sektor dengan tekanan paling dalam adalah Consumer Cyclicals (IDXCYCLIC) yang melemah hingga 14,03% sepanjang Januari-Juni 2025.
Koreksi tajam mencerminkan lemahnya daya beli masyarakat terhadap barang-barang konsumsi non-pokok. Momen Lebaran yang biasanya menjadi pendorong belanja pun belum mampu mengangkat sektor ini karena jumlah pemudik justru lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, tekanan deflasi yang sempat terjadi pada Februari 2025 memperparah kondisi konsumsi, menunjukkan bahwa masyarakat masih sangat berhati-hati dalam membelanjakan uangnya.
Kondisi serupa juga terjadi pada sektor Industrials (IDXINDUST) yang terkoreksi 11,62%. Kontraksi aktivitas manufaktur nasional, tercermin dari turunnya indeks PMI ke level 46,7 pada April, mengindikasikan permintaan industri yang masih lesu, termasuk akibat perlambatan permintaan global, terutama dari China.
Consumer Non-Cyclicals (IDXNONCYC) juga tidak luput dari tekanan dengan penurunan 8,07%, disebabkan lemahnya inflasi domestik yang mencapai titik terendahnya di Maret dan bahkan mencatatkan deflasi pada Februari. Konsumen cenderung menahan konsumsi atau berpindah ke produk-produk lebih murah, sehingga margin keuntungan perusahaan sektor ini ikut tertekan.
Sementara itu, sektor Properti dan Real Estat (IDXPROPERT) turun 4,28% karena rendahnya minat beli rumah di tengah tingkat suku bunga yang masih tinggi serta penyaluran KPR yang belum agresif. Sektor Infrastruktur (IDXINFRA) juga mencatat penurunan 4,08%, didorong oleh pergeseran alokasi belanja APBN ke program-program sosial seperti makan gratis, yang mengurangi anggaran untuk proyek infrastruktur fisik.
Adapun sektor Keuangan (IDXFINANCE) melemah 2,31%, seiring dengan melambatnya penyaluran kredit yang hanya tumbuh sekitar 8,9% per April 2025, lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Hal ini berdampak langsung pada kinerja laba bersih bank-bank besar, terutama bank BUMN yang hanya mencatatkan pertumbuhan tipis sekitar 0,5%.
Di sisi lain, hanya beberapa sektor yang mampu mencatatkan kinerja impresif sepanjang semester pertama 2025. Sektor Teknologi (IDXTECHNO) melesat hingga 63,46%, namun lonjakan ini lebih disebabkan oleh efek dari satu saham, yakni PT DCI Indonesia Tbk (DCII), yang mencatat kenaikan harga lebih dari 200% sepanjang periode tersebut.
Kenaikan tajam DCII memberikan bobot besar terhadap pergerakan indeks sektor teknologi, sehingga lonjakan IDXTECHNO tidak mencerminkan pertumbuhan menyeluruh dari sektor ini.
Sektor lainnya yang mencatat kenaikan ada Basic Materials (IDXBASIC) yang naik 18,26% dan Transportasi dan Logistik (IDXTRANS) turut menguat 11,95%.
Secara umum, pergerakan IHSG pada semester I/2025 memperlihatkan pemulihan ekonomi yang belum merata. Enam sektor besar masih menjadi pemberat karena terdampak oleh lemahnya konsumsi domestik, suku bunga tinggi, tekanan margin, serta penyesuaian kebijakan fiskal.
Sementara itu, sektor yang mencatat kinerja positif lebih disokong oleh katalis spesifik seperti lonjakan harga saham individu atau tren global terhadap digitalisasi dan logistik. Ke depan, arah IHSG akan sangat ditentukan oleh sejauh mana daya beli masyarakat dan ekspansi kredit dapat kembali tumbuh, serta konsistensi kebijakan fiskal dan moneter yang mendukung pemulihan ekonomi riil.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)