Sebelum Libur Panjang, Ini Bekal Investor Cari Cuan Hari Ini

6 hours ago 3
  • Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam pada perdagangan kemarin, IHSG ambruk sementara rupiah menguat
  • Wall Street menguat di tengah harapan investor akan perbaikan negoisasi dagang AS-China
  • Perang India-Pakistan, perang dagang, dan data ekonomi AS akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kembali ditutup berbeda arah pada Kamis (08/05/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat, sementara Surat Berharga Negara (SBN) terpantau dilepas investor.

Pasar keuangan domestik diproyeksikan masih akan dipengaruhi oleh sentimen dari luar negeri pada Jumat (09/05/2025) khususnya dari AS. Selengkapnya mengenai proyeksi bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (08/05/2025), IHSG ditutup ambles 1,42% ke posisi 6.827. Untuk pertama kalinya IHSG terkoreksi setelah sembilan hari tidak pernah mengalami penurunan.

Nilai transaksi indeks kemarin mencapai sekitar Rp14,86 triliun dengan melibatkan 38,45 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,62 juta kali. Sebanyak 228 saham menguat, 393 saham melemah, dan 184 saham stagnan.

Sementara dari sisi investor asing, tampak net sell dalam jumlah yang besar yakni Rp841 miliar di seluruh pasar.

Sembilan dari 11 sektor berada di zona merah dengan penurunan terdalam yakni pada sektor properties & real estate sebesar 2,52%, kemudian basic material yang melemah 2,09%, dan technology yang turun 1,72%.

Namun dua sektor lainnya justru ditutup menguat yakni healthcare dan transportation & logistic yang masing-masing naik sebesar 1,13% dan 1,01%.

Saham perbankan rontok dan menyeret IHSG setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The federal Reserve (The Fed) kembali menahan suku bunga di level 4,25%-4,50% bulan ini. Keputusan ini mencerminkan sikap The Fed yang hati-hati dalam mengantisipasi dampak kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump.

The Fed mengumumkan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (8/5/2025). Ini merupakan kali ketiga The Fed menahan suku bunganya setelah terakhir kali menurunkan suku bunganya pada pertemuan Desember 2024.

Seperti diketahui, The Fed telah mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September 2023-Agustus 2024 atau lebih dari setahun sebelum memangkasnya pada September 2024 dan dilanjutkan pada November serta Desember 2024 dengan total 100 basis poin (bps) di tahun kemarin.

Keputusan ini diambil di tengah meningkatnya ketidakpastian akibat kebijakan tarif impor besar-besaran Presiden Donald Trump, yang diumumkan pada 2 April 2025.

Selain itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan salah satu yang menyebabkan IHSG koreksi dalam kemarin adalah libur panjang yang membuat banyak investor melakukan aksi profit taking.

Beralih ke pasar mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup pada posisi Rp16.490/US$ atau menguat 0,24%. Apresiasi ini mematahkan tren pelemahan yang terjadi tiga hari beruntun.

Apresiasi rupiah ini juga terjadi bersamaan dengan pengumuman dari BI soal cadangan devisa (cadev) yang mengalami penurunan tajam.

Untuk diketahui, BI melaporkan cadangan devisa per akhir April sebesar US$152,5 miliar. Realisasi ini turun tajam sebesar US$4,6 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.

Demikianlah siaran pers BI, yang dikutip CNBC Indonesia, Kamis (8/5/2025). Anjloknya cadangan devisa dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai respons Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang makin tinggi.

Selanjutnya, beralih pada imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau naik 0,31% menjadi 6,856%.

Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield naik berarti harga obligasi turun, hal ini menunjukkan investor cenderung melepas kepemilikan SBN mereka.

Pages

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |