Rupiah Sudah Terlalu Lama Melemah, Ambruk Berbulan-bulan

2 weeks ago 12

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah ambruk pada Februari 2025. Nilai tukar rupiah bahkan ditutup di level terendah sepanjang sejarah.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,79% di angka Rp16.575/US$ pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (27/02/2025). Posisi ini merupakan yang terparah sepanjang sejarah.

Secara mingguan, rupiah ambruk 1,69%. Hal ini lebih parah dibandingkan dengan performa minggu sebelumnya yang terdepresiasi 0,28%.

Dalam sebulan, rupiah sudah ambruk 1,69% dalam sebulan atau terdalam sejak April 2024.

Pelemahan ini juga memperpanjang tren negatif mata uang Garuda. Rupiah sudah terpuruk sejak Oktober 2024 atau lima bulan terakhir. Situasi ini yang terburuk sejak Mei-Oktober 2023 di mana rupiah melemah selama enam bulan beruntun.

Periode pelemahan rupiah sejak Oktober 2024 berbarengan dengan terpilihnya Presiden Donald Trump pada pemilu 5 November 2024 serta periode awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Bila dihitung sejak 5 November 2024, rupiah sudah turun Rp 845 atau 5,1%. Pelemahan rupiah sangat cepat dan berganti level dari Rp 15.000 kini mendekati Rp 17.000.

Pergerakan rupiah yang terus melemah ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal, terutama terpilihnya Donald Trump.

Kebijakan Trump sangat fokus untuk menjadikan ekonomi AS lebih kuat, termasuk dengan melindungi usaha dalam negeri dan pemberlakuan tarif impor.

Kebijakan ini diprediksi akan mengerek kembali inflasi AS sehingga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) kesulitan memangkas suku bunga secara jor-joran.
Investor pun kembali berduyun-duyun ke AS dan menanamkan investasi Ke sana, terutama dolar AS. Indeks dolar AS pun terbang dan sempat menyentuh ke 109 pada Januari atau level tertingginya sejak November 2022.

Pekan ini, sentimen penekan mata uang Garuda juga masih terkait tarif Trump. Dia kembali mempertegas tabuhan genderang perang dagangnya dengan mengumumkan tarif baru terhadap Meksiko dan Kanada sebesar 25% akan mulai berlaku pada awal pekan depan.

Sementara China akan dikenakan tambahan tarif 10% pada awal pekan depan pula. Keputusan ini memperkuat kebijakan proteksionisme ekonomi yang menjadi ciri khas pemerintahannya, sekaligus menambah ketidakpastian di pasar global.

Kebijakan tarif ini sebelumnya sempat ditangguhkan pada 3 Februari untuk jangka waktu satu bulan, yang menyebabkan kebingungan tentang apakah tarif akan kembali diberlakukan atau tidak setelah periode penundaan berakhir.Dalam sebuah unggahan di Truth Social pada Kamis (27/2/2025), Trump memastikan bahwa tarif tersebut akan berjalan sesuai jadwal.

Dalam pernyataannya, Trump mengklaim bahwa perdagangan narkotika ilegal dari Meksiko dan Kanada ke AS masih berada pada tingkat yang sangat tinggi dan tidak dapat diterima, meskipun kedua negara telah berjanji untuk meningkatkan pengawasan di perbatasan mereka.

"Kami tidak bisa membiarkan ancaman ini terus merusak AS. Oleh karena itu, hingga masalah ini berhenti atau setidaknya sangat dibatasi, tarif yang dijadwalkan untuk diberlakukan pada 4 Maret akan tetap berlaku, seperti yang telah dijadwalkan sebelumnya," tulis Trump, sebagaimana dikutip dari CNBC International.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |