Rupiah Juara Asia, Korea dan Singapura Keok Lawan Dolar

1 week ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Asia hari ini, Kamis (10/4/2025), bergerak beragam. Rupiah memimpin penguatan dengan terbang 0,69%.

Merujuk Refinitiv pada Kamis pukul 09.32 WIB, rupiah menguat 0,69% sementara dong Vietnam terbang 0,57% dan yen Jepang 0,57%.

Sebaliknya, mata uang dolar Singapura melandai 0,28% sementara won Korea jeblok paling parah.

Penguatan rupiah dan dong ditopang oleh kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Dalam manuver politik dan ekonomi yang mengejutkan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu (9/5/2025) waktu setempat mengumumkan penundaan sementara selama 90 hari atas tarif tinggi yang baru saja diberlakukannya terhadap puluhan negara, kecuali untuk China yang justru dinaikkan menjadi 125%.

Keputusan mendadak ini langsung mendorong indeks saham utama AS melonjak tajam dan membawa angin segar ke pasar keuangan global yang sempat dilanda kekacauan.

Langkah mundur ini terjadi kurang dari 24 jam setelah tarif tinggi tersebut resmi diberlakukan. Keputusan Trump dilatarbelakangi oleh gejolak pasar yang sangat dramatis - volatilitas paling tajam sejak masa-masa awal pandemi Covid-19.

Triliunan dolar menguap dari bursa saham dunia, sementara lonjakan tiba-tiba pada imbal hasil obligasi pemerintah AS menarik perhatian Gedung Putih.

"Saya melihat tadi malam bahwa orang-orang mulai merasa mual," kata Trump, dilansir Reuters. "Pasar obligasi sekarang tampak indah."

Sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari, Trump dikenal kerap mengeluarkan ancaman tarif terhadap mitra dagang, namun seringkali mencabutnya secara mendadak. Pola kebijakan yang berubah-ubah ini membingungkan para pemimpin dunia dan membuat para pelaku usaha kewalahan menghadapi ketidakpastian ekonomi.

Dalam pernyataan terbarunya, Trump menyebut tarif terhadap negara-negara tertentu akan ditangguhkan selama tiga bulan ke depan, memberi waktu bagi para pejabat AS untuk melakukan negosiasi dengan mitra dagang yang mengajukan permohonan pengurangan tarif.

Namun, tekanan terhadap China-pemasok terbesar kedua barang impor ke AS-tidak dilonggarkan. Sebaliknya, Trump justru menaikkan tarif terhadap barang-barang impor asal China menjadi 125%, naik dari level 104% yang baru diberlakukan tengah malam sebelumnya.

Langkah ini makin memanaskan konfrontasi ekonomi antara dua kekuatan besar dunia yang dalam sepekan terakhir terlibat perang tarif secara intens.

(mae/mae)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |