Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing masih banyak keluar dari pasar saham Tanah Air. Ketidakpastian soal tarif Trump sampai konflik geopolitik yang sempat memanas pada Juni membuat tekanan jual ini masih berlanjut.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang paruh pertama tahun ini mengalami volatilitas yang sangat luar biasa. Dari jatuh ke bawah 6000 sampai kembali ke atas 7000 hanya dalam waktu sekitar satu bulan.
Namun, sepanjang Juni lalu IHSG kembali kontraksi lebih dari 4%, menghapus sebagian reli yang terjadi pada Mei 2025. Alhasil, memasuki paruh kedua, IHSG masih bertengger di bawah level 7000.
Sementara jika ditarik sepanjang satu semester 2025, IHSG sudah koreksi sekitar 3,60%. Ini inline dengan dana asing yang masih deras keluar sampai Rp61,20 triliun di keseluruhan pasar, jika dirinci asing net sell di pasar regional sebesar Rp49,26 triliun, lalu di pasar nego dan tunai terjadi net sell sebanyak Rp11,95 triliun.
Secara historis, net sell terjadi paling besar pada 16 April lalu pasca pengumuman tarif resiprokal dan libur panjang lebaran sampai lebih dari Rp8 triliun hanya dalam sehari.
Selain hari itu, net sell tak pernah sampai setinggi itu. Adapun untuk perdagangan kemarin Selasa (1/7/2025) asing terpantau menjual saham di IHSG sebanyak Rp695,74 miliar.
Dari segi sentimen eksternal sebenarnya sudah banyak yang kembali membaik setelah Trump menyebut gencatan senjatan antara Iran - Israel dan indeks dolar AS (DXY) yang terus turun, bahkan per akhir Juni lalu menembus ke bawah 97, menandai penurunan 10% selama satu semester dan mencatat pergerakan terlemah sejak 2009.
Namun, ketidakpastian kembali datang terutama mendekati dateline tarif Trump yang tinggal menghitung hari, tepatnya pada 8 Juli 2025 mendatang.
Di sisi lain, dari internal sejumlah bank mencatat kinerja keuangan yang masih lemah. Ekonom dari Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail mengatakan "Hasil dari bank-bank kita sampai kuartal II/2025 kelihatannya masih lembah, pertumbuhan kredit stagnan, laba juga stagnan, prospek pertumbuhan kita turun".
Sebagaimana kita tahu, sektor perbanakn merupakan kontributor terbesar terhadap IHSG lebih dari 30%. Jadi, dengan prospek growth yang turun ini membuat minat pasar beralih ke saham-saham lain yang dinilai lebih menarik.
Dalam jangka pendek ini, parade IPO juga mulai menyedot perhatian lebih banyak. Pada (2/7/2025) hari ini sudah ada tujuh emiten yang memulai periode penawaran umum dan akan segera mencatatkan saham perdana di BEI sekitar satu minggu ke depan.
Maximilianus Nico Demus, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo menuturkan "Selama saham yang IPO fundamentalnya kuat, prospeknya menarik serta valuasi di masa yang akan datang mengalami kenaikkan, kami melihat IPO ini akan menggerakan pasar untuk bisa masuk berinvestasi di dalam saham tersebut"
Nico juga menambahkan "Apalagi sudah cukup lama, kita menantikan beberapa saham yang memang menarik dan layak untuk melantai sehingga rasanya IPO jumbo tersebut menjadi oase ditengah gersangnya IPO yang ada saat ini"
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)