Jakarta, CNBC Indonesia - Kehidupan dunia yang dinamis membuat profesi rentan tergeser dan tergantikan seiring berjalannya waktu. Dahulu ada profesi yang ramai dijalani orang, tetapi karena perkembangan zaman sudah tak lagi dilakukan dan dinyatakan sepenuhnya hilang.
Salah satunya adalah jasa membangunkan orang tidur atau knocker-upper yang tak lagi dilakukan usai kehadiran jam weker dan alarm ponsel. Padahal, dahulu jasa ini bisa memberikan cuan banyak bagi yang menjalaninya dan berpotensi menjadikan seseorang kaya raya.
Knocker-upper adalah profesi yang ramai dilakukan orang-orang di Inggris ketika industrialisasi baru saja dimulai pada abad ke-18.
Dalam publikasi Oxford University diceritakan, kala itu, masyarakat Inggris mengalami perubahan kehidupan akibat industrialisasi. Mereka yang awalnya bertani di pedesaan berlomba-lomba pindah ke kota agar bekerja di pabrik. Tujuannya supaya bisa menambah pendapatan.
Perubahan tersebut praktis mengubah juga jam kerja mereka. Jika bertani tak terikat jam kerja, maka saat kerja di pabrik mereka terikat jam kerja. Biasanya para pekerja bekerja selama 14-16 jam sehari. Artinya, mereka hanya ada waktu istirahat selama 8-10 jam sehari.
Hanya saja, perhitungan tersebut hanya terlaksana di atas kertas. Praktiknya, mereka bekerja lebih dari 16 jam, sehingga waktu istirahat pun jadi berkurang. Belum lagi, rutinitas demikian dilakukan hampir setiap hari tanpa jeda. Sesampainya di rumah, pekerja langsung tidur dengan mengikuti waktu tidur saat masih menjadi petani yang bangun sesuka hati.
Masalahnya, kelelahan membuat pekerja suka bablas tidur. Padahal, mereka harus masuk kerja dalam beberapa jam kemudian. Apalagi kalau mereka diatur dalam sistem kerja waktu alias shift. Jika bablas tidur dan tidak masuk kerja, maka sudah pasti mereka akan dipecat pemilik pabrik.
Besarnya potensi pekerja kesiangan masuk kerja menghadirkan permintaan atas jasa membangunkan orang tidur. Dari sinilah profesi knocker-upper diperkenalkan.
Sesuai namanya, si penyedia jasa akan membangunkan pekerja tidur dengan mengetok-ngetok jendela atau pintu rumah. Biasanya, mereka menggunakan tongkat bambu panjang, lonceng, hingga kacang polong untuk dilempar ke jendela. Mereka akan melakukan ketokan sampai si pemilik rumah atau pekerja terbangun.
Kepada BBC International, dikutip Selasa (25/2/2025), Paul Stafford (59) masih teringat momen knocker-upper mengetok-ngetok rumah untuk membangunkan ayahnya. Dia ingat ketukan pintu akan terus bunyi sebelum ayahnya bangun.
"Pengetuk pintu gak mau berhenti. Tapi, setelah 3-4 ketukan dia bakal pergi. Kami sih gak mendengarnya karena tidur di belakang, meskipun itu bisa membangunkan ayah yang tidur di depan," kenang Paul.
Seiring waktu, penyedia jasa membangunkan orang tidur semakin diminati karena permintaan pasar yang tinggi. Terlebih, tarif penyewaan pun bisa membuat orang kaya dengan cara mudah.
Situs Jstor menyebut, knocker-upper bisa mendapat uang 1-30 pence per minggu dari satu rumah. Dan, mereka tak melakukannya hanya dari satu rumah saja, tetapi bisa puluhan hingga ratusan rumah. Tarifnya pun makin tinggi jika berada di pusat kota, seperti London.
Salah satu orang yang sukses dari jasa knocker-upper adalah Waters dari Inggris Utara. Sehari-hari selama 30 tahun dia hanya membangunkan orang tidur dan mendulang keuntungan dari proses itu. Bahkan, dia bisa menyekolahkan putra hingga menghidupi suami yang sakit parah.
Eksistensi pekerjaan ini terus berlanjut sampai puluhan tahun berikutnya. Namun, seiring kehadiran jam weker yang harganya murah profesi ini perlahan ditinggalkan. Para pekerja lebih memilik menggunakan jam weker dibandingkan jasa manusia. Alhasil, mulai dekade 1950, knocker-upper benar-benar ditinggalkan dan tinggal sejarah, padahal dulu berpotensi membuat dompet menebal.
(mfa/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global
Next Article Beli Tanah di Bogor, Orang Ini Dapat Harta Karun & Kaya Raya 3 Turunan