Perang Saudara Menggila, Bandara Internasional Dibom Habis-habisan

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan di ibu kota Sudan kembali meningkat setelah pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) melancarkan serangan udara ke sejumlah target strategis di Khartoum pada Selasa (21/10/2025), termasuk Bandara Internasional Khartoum dan stasiun konverter listrik.

Rakoba News, sebagaimana dikutip Anadolu Agency, melaporkan bahwa sedikitnya delapan ledakan terdengar di dalam dan sekitar area bandara, berdasarkan kesaksian warga. Serangan itu terjadi hanya sehari setelah Otoritas Penerbangan Sipil Sudan mengumumkan rencana pembukaan kembali penerbangan domestik di bandara tersebut mulai Rabu, setelah ditutup selama 30 bulan akibat konflik yang berkepanjangan.

Menurut laporan Rakoba News, serangan RSF ini "tampaknya merupakan upaya untuk menggagalkan pembukaan kembali bandara setelah lebih dari dua tahun penutupan".

Laporan dari lapangan menyebutkan bahwa tentara Sudan berhasil menembak jatuh beberapa drone RSF, namun sebagian lainnya berhasil mencapai sasaran. Ledakan-ledakan tersebut menimbulkan kepanikan di permukiman sekitar bandara, sementara suara tembakan terdengar hingga kawasan selatan ibu kota.

Serangan ini menjadi pukulan bagi pemerintah Sudan yang berupaya memulihkan operasi penerbangan domestik sebagai bagian dari langkah normalisasi situasi di ibu kota. Sejak bandara ditutup pada April 2023, seluruh penerbangan sipil dari dan ke Khartoum dialihkan ke Port Sudan di pesisir Laut Merah.

Bandara Internasional Khartoum memiliki nilai strategis tinggi dan selama perang menjadi salah satu titik utama perebutan antara militer Sudan dan RSF. Pada Maret lalu, tentara Sudan mengumumkan berhasil merebut kembali kendali atas bandara tersebut beserta sejumlah fasilitas keamanan dan militer di bagian timur serta selatan Khartoum, untuk pertama kalinya sejak konflik bersenjata meletus pada April 2023.

Namun, serangan terbaru RSF menunjukkan bahwa kelompok paramiliter itu masih memiliki kemampuan ofensif yang signifikan, bahkan di wilayah yang sebelumnya diklaim telah "diamankan" oleh militer.

Perang antara militer Sudan yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan RSF yang dikomandoi Mohamed Hamdan Dagalo, atau Hemedti, telah berlangsung sejak April 2023. Konflik ini telah menewaskan lebih dari 20.000 orang dan memaksa sekitar 14 juta warga mengungsi, menurut data PBB dan otoritas lokal.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Ngeri! Perang Saudara Picu Pembantaian Massal di Sini, 300 Orang Tewas

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |