Perang Dagang Trump Buat Dunia Kebakaran: RI Dapat Untung Apa Buntung?

1 week ago 14

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan tarif dari Amerika Serikat (AS) terhadap negara lainnya semakin memanas dan mencuri perhatian publik. Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat Indonesia menjadi salah negara yang berpeluang terdampak beberapa waktu ke depan.

Dilansir dari AP news, tarif yang telah lama diancamkan oleh Trump terhadap Kanada dan Meksiko mulai berlaku pada Selasa, membuat pasar global gelisah dan memicu pembalasan mahal dari sekutu Amerika Serikat di Amerika Utara.

Mulai tepat lewat tengah malam Selasa, impor dari Kanada dan Meksiko kini dikenakan pajak sebesar 25%, dengan produk energi Kanada dikenai bea masuk sebesar 10%.

Tarif 10% yang sebelumnya diberlakukan Trump terhadap impor dari China pada Februari kini digandakan menjadi 20%, dan Beijing membalas pada Selasa dengan tarif hingga 15% terhadap berbagai ekspor pertanian AS. Selain itu, China memperluas daftar perusahaan AS yang dikenai kontrol ekspor dan pembatasan lainnya sebanyak sekitar dua lusin.

Kebijakan tarif tersebut membuat negara-negara mitra dagangnya tak tinggal diam.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan negaranya akan mengenakan tarif terhadap barang-barang Amerika senilai lebih dari US$100 miliar dalam waktu 21 hari. Meksiko belum segera merinci tindakan balasan apa pun.

Menyusul Kanada dan China, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mengatakan pada Selasa bahwa Meksiko akan membalas tarif 25% yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dengan tarif balasan terhadap barang-barang AS.

Sheinbaum menyatakan bahwa ia akan mengumumkan produk-produk yang akan dikenai tarif oleh Meksiko pada hari Minggu dalam sebuah acara publik di alun-alun pusat Mexico City, kemungkinan dengan jeda waktu ini menunjukkan bahwa Meksiko masih berharap untuk meredakan perang dagang yang dipicu oleh Trump.

Kebijakan Resiprokal Trump

Trump menegaskan kebijakan tarif resiprokal atau timbal balik akan berlaku mulai 2 April 2025. Hal ini disampaikannya dalam pidatonya di hadapan Sidang Gabungan Kongres AS pada Selasa (4/3/2025) malam waktu setempat.

Trump kembali melontarkan kritik tajam terhadap kebijakan perdagangan beberapa negara, termasuk India sebagai salah satu mitra dagang utamanya. Trump menuding bahwa India menerapkan tarif otomotif yang sangat tinggi, melebihi 100%, yang menurutnya merugikan Amerika.

Trump sendiri tetap berpegang teguh pada kebijakan proteksionisnya dan sejak lama menargetkan Uni Eropa, Brasil, India, dan Korea Selatan atas praktik perdagangan yang dinilainya tidak adil.

Menurut Trump, selama ini AS mengenakan tarif yang lebih rendah dibandingkan dengan banyak mitra dagangnya. Ia pun berjanji bahwa kebijakan barunya ini akan membawa manfaat besar bagi Amerika Serikat.

"Kami akan memperoleh triliunan dan triliunan dolar serta menciptakan lapangan kerja seperti yang belum pernah kita lihat sebelumnya," katanya.

Menurut data dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO),rata-rata tarif perdagangan tertimbang(trade-weight average/TWA) di Amerika Serikat sekitar2,2%.

TWA menghitung rata-rata dari tarif yang diterapkan secara efektif yang diberatkan dengan pangsa impor produk yang sesuai dengan setiap negara mitra.

Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara mitra dagangnya, seperti di bawah:

Dampak Perang Dagang Bagi RI

Bank Danamon Indonesia menyampaikan kebijakan Trump bisa berdampak ke Indonesia sebagai eksportir utama untuk tembaga dan kayu. Mereka akan berdampak kepada Indonesia baik dalam jangka pendek, menengah, hingga panjang.

Di tengah kebijakan proteksionisme AS, Indonesia dapat memanfaatkan tren global dalam supply chain diversification. Ketidakpastian perdagangan dan tarif baru mendorong banyak perusahaan global untuk mencari alternatif di luar China dan AS, membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya dalam rantai pasok global.

Beberapa strategi yang dapat dilakukan Indonesia antara lain:

- Meningkatkan kapasitas manufaktur dan hilirisasi agar produk ekspor memiliki nilai tambah lebih tinggi sebelum masuk pasar AS dan global.

- Mempercepat perjanjian perdagangan dengan mitra strategis guna memperluas akses pasar di luar AS.

- Menarik investasi asing langsung (FDI) di sektor industri pengolahan untuk memperkuat peran Indonesia dalam rantai pasok global.

- Memperluas pasar ekspor ke kawasan lain, termasuk Asia, Eropa, dan Timur Tengah, guna mengurangi risiko ketergantungan pada satu negara tujuan ekspor.

Kendati tantangan di depan masih cukup besar, namun Bank Danamon memperkirakan bahwa prospek ekspor Indonesia ke AS masih tetap solid terutama untuk produk bernilai tambah seperti tekstil, alas kaki, dan elektronik. Tren ini diperkirakan berlanjut, didorong oleh:

- Permintaan yang stabil dari AS, terutama untuk produk manufaktur dan agribisnis.

- Strategi diversifikasi ekspor, termasuk peningkatan ekspor ke negara-negara non-tradisional.

- Komitmen Indonesia dalam penguatan industri hilir, yang meningkatkan daya saing global.

- Peluang dari diversifikasi rantai pasok global, di mana Indonesia dapat menjadi hub manufaktur bagi perusahaan yang mencari alternatif di luar China.

Selaras dengan Bank Danamon Indonesia, kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyampaikan bahwa kebijakan tarif Trump terhadap Meksiko, Kanada, dan China akan membuat importir AS mungkin harus mencari pemasok alternatif, yang berpotensi menguntungkan negara-negara seperti Vietnam, Indonesia, dan India.

Bank Mandiri menyarankan agar Indonesia dapat memanfaatkan untuk meningkatkan ekspor produk-produk elektronik, pakaian, dan alas kaki, dengan total nilai US$ 42,5 miliar (2024) ke AS.

Lebih lanjut, Indonesia perlu peran dan dukungan pemerintah untuk menghadapi tarif Trump ini, seperti:

- Menerapkan kebijakan diversifikasi pasar dengan memperluas perdagangan ke negara lain. Selain itu, pemerintah dapat memberikan insentif pajak dan subsidi, serta menjaga stabilitas nilai tukar melalui kebijakan moneter yang adaptif. Peningkatan hilirisasi industri juga diperlukan untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan meningkatkan daya saing produk Indonesia.

- Dalam pertemuan bilateral dengan AS, pemerintah dapat merundingkan pengecualian tarif untuk produk ekspor utama Indonesia serta memperbarui program Generalized System of Preferences (GSP) guna mempertahankan akses preferensial ke pasar AS. Dengan pendekatan terpadu yang mencakup kebijakan perdagangan, stabilitas ekonomi, dan diplomasi strategis, Indonesia dapat memanfaatkan peluang dari perang dagang dan mempertahankan pertumbuhan ekonominya

Ekspor Indonesia ke AS Selama Era Trump

Ekspor Indonesia ke AS melonjak 15,3% di era Trump dari US$ 16,14 miliar pada 2016 menjadi US$ 18,62 miliar pada akhir 2020. Kenaikan ini lebih tinggi dibandingkan empat tahun terakhir era Barack Obama yang hanya naik 8,52%.

Apa yang Paling Banyak Diekspor RI ke AS?

Data ekspor Indonesia ke AS sepanjang Januari-Desember 2024 menunjukkan bahwa produk-produk manufaktur dan tekstil mendominasi pengiriman ke Negeri Paman Sam.

Tren ini menunjukkan bahwa ekspor Indonesia ke AS masih didominasi oleh sektor manufaktur padat karya, khususnya tekstil, alas kaki, dan produk elektronik. Hal ini sejalan dengan posisi Indonesia sebagai salah satu pemain utama dalam industri fashion global serta pemasok elektronik untuk rantai pasokan AS.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |