Pengusaha Ritel Jarang Simpan Uang di Deposito Bank, Ini Alasannya

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Alih-alih menyimpan uang di perbankan, pelaku usaha ritel memilih menyalurkan modalnya untuk ekspansi gerai baru. Langkah ini dinilai lebih efektif dalam mendorong pergerakan ekonomi nasional karena langsung menciptakan aktivitas usaha di lapangan.

Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, strategi membuka toko baru memberi dampak berantai, mulai dari penyerapan tenaga kerja, peningkatan penggunaan produk dalam negeri, hingga penguatan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta industri kecil menengah (IKM).

Ia menjelaskan, karakter bisnis ritel membuat perputaran dana berlangsung cepat. Modal yang dimiliki pelaku usaha tidak dibiarkan mengendap, melainkan segera digunakan untuk mengembangkan jaringan usaha.

"Untuk itu kami sektor ritel, karena kami tidak menyimpan dananya dalam bentuk di bank. Begitu kami ada dana, teman-teman ritel itu pasti buka toko. Jadi kami kalau ada uang itu, kami langsung bukakan toko, menciptakan lapangan pekerjaan," kata Budihardjo dalam acara Opening Ceremony BINA Indonesia Great Sale 2025 di Mall Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (18/12/2025).

Budihardjo menilai, pembukaan gerai baru otomatis menggerakkan aktivitas ekonomi di pusat perbelanjaan. Peritel harus menyewa ruang usaha, membayar pemasok, sekaligus merekrut tenaga kerja baru untuk operasional toko.

Ketua Umum HIPPINDO, Budihardjo Iduansjah saat menghadiri Opening Ceremony BINA Indonesia Great Sale di Pusat Perbelajaan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (18/12/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)Foto: Ketua Umum HIPPINDO, Budihardjo Iduansjah saat menghadiri Opening Ceremony BINA Indonesia Great Sale di Pusat Perbelajaan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (18/12/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Ketua Umum HIPPINDO, Budihardjo Iduansjah saat menghadiri Opening Ceremony BINA Indonesia Great Sale di Pusat Perbelajaan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (18/12/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Ia juga menuturkan, dana di sektor ritel nyaris tidak pernah disimpan dalam bentuk deposito karena harus terus berputar untuk memenuhi kebutuhan operasional harian.

Lebih lanjut, Budihardjo menegaskan keberlanjutan bisnis ritel sangat ditentukan oleh jumlah pengunjung dan daya tarik produk. Oleh karena itu, kualitas dan harga menjadi faktor utama agar konsumen tetap datang dan berbelanja.

"Jadi kami bukan taruh di deposito atau apa-apa, itu jarang Pak, karena uangnya muter. Besok bisa bayar supplier dan besok sudah mesti bayar sewa mal Pak Alphonzus (Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia). Itu semua harus traffic-nya datang," tuturnya.

Di sisi lain, Hippindo terus memperkuat koordinasi dengan pelaku UMKM dan IKM, terutama dalam menjaring pemasok produk lokal yang memiliki mutu dan daya saing. Menurut Budihardjo, sektor ritel terbuka untuk menyerap produk UMKM selama sesuai dengan standar pasar.

Ia menilai, sinergi tersebut sejalan dengan berbagai kebijakan pemerintah, termasuk penguatan UMKM pangan dan industri tekstil nasional agar mampu bersaing dan menjadi tuan rumah di pasar domestik.

Selain itu, Budihardjo menyampaikan komitmen peritel dalam mendukung penyelenggaraan pameran berskala nasional maupun internasional di sektor perdagangan, pariwisata, dan investasi. Kegiatan ini diharapkan mampu mendorong alih teknologi serta masuknya investasi mesin dan fasilitas produksi ke Indonesia.

"Jadi barang-barangnya bisa investasi datang membawa teknologi dan mesin ke Indonesia, bisa dijual di kami," pungkasnya.

(wur)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |