Pencipta ChatGPT Ketahuan Bangun Kompleks Raksasa di Gurun Arab

1 day ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - OpenAI mengumumkan proyek pembangunan kompleks data center raksasa di Uni Emirat Arab (UEA), dalam langkah ekspansi global untuk mendukung pengembangan kecerdasan buatan (AI) supercanggih.

Fasilitas baru ini merupakan bagian dari kolaborasi antara OpenAI, Oracle, Nvidia, SoftBank, Cisco, dan perusahaan AI asal Emirat, G42.

Kompleks ini akan menjadi rumah bagi ribuan server dan superkomputer, dengan pembangunan tahap pertama dijadwalkan rampung tahun depan.

CEO OpenAI, Sam Altman, menyebut proyek ini sebagai bagian dari misi ambisius bertajuk "Stargate", yaitu pembangunan jaringan pusat data global untuk mendukung pertumbuhan pesat model AI generatif.

Menariknya, skema pendanaan bersifat timbal balik untuk setiap dolar yang diinvestasikan di UEA, G42 dan mitranya akan menyuntikkan dana dalam jumlah setara ke proyek serupa di Amerika Serikat.

Total investasi global diperkirakan bisa menembus US$ 500 miliar atau sekitar Rp 7.900 triliun.

Langkah ini juga beriringan dengan kesepakatan AS-UEA membangun kampus AI bertenaga 5 gigawatt di Abu Dhabi, yang akan menjadi fasilitas terbesar di luar AS untuk pengembangan teknologi AI.

Meski menjanjikan dari sisi infrastruktur, proyek ini menuai kritik di Washington. Beberapa pihak khawatir ekspansi AI ke kawasan Timur Tengah bisa memunculkan potensi risiko keamanan dan menjadikan wilayah tersebut pesaing strategis baru AS dalam penguasaan teknologi AI.

Namun, bagi OpenAI dan mitranya, gurun pasir justru menjadi "lahan subur" untuk membangun fondasi era baru AI global. Dan UEA tampaknya siap menjadi pusat gravitasi baru teknologi masa depan.

Namun, rencana pusat data di Timur Tengah memicu perdebatan di Washington. Para pejabat pemerintahan Trump yang merancang kesepakatan ini, mendukungnya sebagai strategi untuk mengarahkan negara-negara Teluk menggunakan teknologi AI buatan AS, bukan China.

Namun sejumlah pihak lain di pemerintahan dan Kongres mengkhawatirkan dampak keamanan nasional dan potensi kawasan ini menjadi rival AI Amerika.

"Pemerintah memilih untuk bermitra dengan salah satu kawasan paling sensitif di dunia, dan memulai pertarungan ini," kata Pablo Chavez, peneliti senior di Center for a New American Security, dikutip dari New York Times, Rabu (4/6/2025).

"Pertanyaannya adalah apakah ini akan jadi cetak biru untuk model yang akan dipakai AS di Asia, Afrika, dan Eropa?," imbuhnya.

Departemen Perdagangan AS dan Gedung Putih belum memberikan tanggapan resmi atas kabar ini.


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: AI Makin Marak, Bisnis Data Center "Berlomba" Ekspansi

Next Article Curhat Bos ChatGPT Soal Mimpi Terburuk dan Momen yang Gila

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |