Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku industri otomotif nasional kembali menyoroti pentingnya dukungan kebijakan pemerintah di tengah pasar kendaraan bermotor yang masih lesu. Sejumlah pabrikan menilai penjualan sepanjang tahun belum menunjukkan pemulihan.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), wholesales Januari-November 2025 hanya 710.084 unit turun 9,6% dibanding periode yang sama tahun lalu, dimana saat itu bisa tembus 785.917 unit.
Sehingga insentif dinilai masih dibutuhkan untuk menjaga keberlangsungan industri pada 2026. Dorongan kebijakan, khususnya insentif fiskal, dianggap mampu menahan pelemahan permintaan sekaligus menjaga aktivitas produksi di dalam negeri. Dalam kondisi pasar yang belum kembali ke jalur pertumbuhan, peran pemerintah dipandang tetap krusial.
Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM) Jap Ernando Demily menilai insentif memiliki rekam jejak kuat dalam mendorong pemulihan industri. Ia mencontohkan relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) pada 2021 yang terbukti memberi dampak signifikan terhadap penjualan mobil nasional.
"Secara historis, insentif fiskal menjadi salah satu kebijakan yang krusial dikeluarkan untuk menstimulasi pertumbuhan market. Salah satunya adalah insentif PPnBM tahun 2021 lalu yang berhasil berkontribusi besar dalam proses recovery pasar setelah terdampak COVID-19. Berkaca pada kondisi saat ini, market masih belum mengalami pertumbuhan positif sepanjang tahun. Rasanya intervensi stakeholder masih sangat dibutuhkan untuk mendorong produksi dalam negeri, dengan tujuan membangun industri otomotif secara komprehensif dari hulu ke hilir," ujar Ernando kepada CNBC Indonesia, Senin (22/12/2025).
Foto: Dealer Mobil (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Dealer Mobil (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Kondisi pasar saat ini memiliki kemiripan dengan periode pemulihan pascapandemi, ketika permintaan belum pulih sepenuhnya dan industri membutuhkan stimulus untuk kembali bergerak. Ernando juga menilai kebijakan insentif yang sudah berjalan, khususnya untuk kendaraan elektrifikasi, perlu dievaluasi secara komprehensif agar dampaknya tidak parsial.
"Kebijakan insentif terutama pada model elektrifikasi yang ada saat ini tentu perlu kita evaluasi bersama ya, terkait bagaimana dampaknya pada market secara keseluruhan. Lebih dari itu, kebijakan yang diluncurkan baiknya tidak hanya berdampak positif pada market tetapi juga industri otomotif secara keseluruhan. Sehingga pertumbuhan demand masyarakat bisa sejalan dengan pertumbuhan industri nasional," kata Ernando.
Pandangan serupa disampaikan oleh Honda. Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy menilai insentif dapat membantu konsumen dalam mengambil keputusan pembelian, terutama saat daya beli melemah. Meski begitu, ia mengingatkan bahwa target penjualan besar tetap dipengaruhi berbagai faktor lain di luar kebijakan fiskal.
"Honda melihat insentif sebagai salah satu faktor yang dapat mendorong permintaan dan mempermudah keputusan pembelian kendaraan. Namun pencapaian volume hingga 1 juta unit tetap perlu dikaji lebih lanjut karena dipengaruhi kondisi ekonomi dan daya beli. Insentif pemerintah dapat membantu menjaga momentum industri saat pasar melemah. Ke depan, kami yakin pemerintah memiliki kebijakan dan pertimbangan tersendiri dalam menentukan arah dan bentuk insentif yang paling tepat bagi industri otomotif nasional," kata Billy kepada CNBC Indonesia.
Pelaku industri pada dasarnya menaruh harapan pada langkah pemerintah ke depan dalam merumuskan kebijakan yang berimbang. Dukungan terhadap industri otomotif dinilai perlu selaras dengan tujuan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
"Apapun bentuk insentifnya, kami yakin pemerintah memiliki kebijakan yang mendukung industri dan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, dan apapun bentuk insentifnya kami yakin pemerintah memiliki kebijakan yang baik dan adil atau 'fair' untuk semua teknologi kendaraan yang mendukung industri dan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan," ujar Billy.
Tak hanya pabrikan Jepang, produsen asal China yang telah merakit kendaraan di Indonesia juga merasakan dampak kebijakan insentif. Jetour menilai insentif yang langsung menyentuh konsumen akan memberikan efek cepat terhadap penjualan, terutama di tengah kondisi pasar yang stagnan.
"Ya, pasti kalau insentif yang impact-nya direct ke konsumen, itu akan ada impact juga ke penjualan secara langsung. Tapi secara general Jetour mendukung gerakan pemerintah terutama yang terkait industri ya," kata Marketing Director PT Jetour Sales Indonesia, Moch Ranggy Radiansyah.
(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]

2 hours ago
1

















































