Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Kamis (18/12/2025).
Mengacu data Refinitiv, rupiah berakhir di level Rp16.710/US$ atau mengalami depresiasi sebesar 0,18%. Level penutupan hari ini sekaligus menjadi level terlemah rupiah sejak 20 November 2025 atau hampir dalam sebulan terkahir. Pelemahan ini juga membalikkan posisi rupiah dibandingkan perdagangan sebelumnya, di mana mata uang Garuda masih mampu menguat tipis 0,03%.
Rupiah bergerak dalam tekanan di sepanjang perdagangan hari ini dengan rentang level Rp16.690 - Rp16.730/US$.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan dolar AS dibandingkan enam mata uang utama dunia per pukul 15.00 WIB tengah menguat tipis 0,03% ke level 98,397.
Pelemahan rupiah terjadi meskipun Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16-17 Desember 2025.
Kebijakan tersebut ditempuh sebagai bagian dari upaya BI menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar tetap sejalan dengan fundamental ekonomi, di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, sekaligus tetap mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa ke depan, fokus kebijakan bank sentral akan diarahkan pada penguatan transmisi kebijakan moneter guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Bank Indonesia juga akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga lebih lanjut, seiring dengan proyeksi inflasi 2026 yang diperkirakan tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%, serta kebutuhan untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Dari sisi eksternal, pergerakan pasar global masih dibayangi ketidakpastian arah kebijakan moneter Amerika Serikat. Pelaku pasar mencermati kapan bank sentral AS (The Fed) akan kembali memangkas suku bunga, serta siapa sosok yang akan dipilih Presiden Donald Trump untuk menggantikan Ketua The Fed Jerome Powell ke depan.
Komentar pejabat The Fed yang beragam turut menambah volatilitas pasar. Gubernur The Fed Christopher Waller pada Rabu menyatakan bahwa bank sentral AS masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga, seiring meningkatnya tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja.
Pernyataan ini kontras dengan sikap Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic, yang menilai pemangkasan suku bunga pekan lalu tidak sepenuhnya diperlukan dan memperkirakan tidak akan ada penurunan suku bunga lanjutan sepanjang 2026.
(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]

2 hours ago
3

















































