Nego Tarif Trump, Bahlil Buka Suara Isu Impor LNG dari AS

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pasokan gas alam cair (LNG) dalam negeri masih mencukupi untuk kebutuhan domestik.

Hal tersebut merespons munculnya wacana RI yang akan menambah impor LNG dari Amerika Serikat, terutama sebagai negosiasi dagang menghadapi kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

"Sampai dengan hari ini kami menganggap bahwa kebutuhan masih tercukupi dari dalam negeri. Sampai dengan sekarang ya," kata Bahlil ditemui usai pelantikan di Gedung Kementerian ESDM, Senin (28/4/2025).

Di samping itu, Bahlil menambahkan bahwa dari hasil pembicaraan dengan Presiden Prabowo Subianto, tidak pernah sedikitpun disinggung terkait rencana impor LNG dari AS. Oleh sebab itu, ia pun enggan mengomentari lebih lanjut perihal kabar tersebut.

"Jadi saya nggak tahu lah. Saya nggak boleh mengomentari, tapi saya menjelaskan tentang apa yang saya lakukan ya jangan dipelintir lain-lain ya," katanya.

Bahlil mengungkapkan bahwa apa yang menjadi fokus pemerintah saat ini adalah terkait upaya menekan defisit neraca perdagangan antara AS dan Indonesia. Salah satunya dengan menambah impor komoditas di sektor energi seperti LPG, BBM, dan minyak mentah.

"Yang kaitannya dengan itu Indonesia harus mengimpor beberapa komoditas seperti LPG, BBM, dan crude dan itu nilainya kurang lebih sekitar US$ 10 miliar karena kan kita punya defisit kan sekitar US$ 14,6 miliar tapi diakui oleh mereka US$ 17,9 miliar," kata Bahlil.

Tak hanya itu, Bahlil mengatakan bahwa pemerintah juga tengah mempertimbangkan untuk pembelian sejumlah barang modal dari AS. Adapun, barang-barang tersebut akan digunakan untuk pembangunan kilang minyak sebagai bagian dari upaya hilirisasi.

"Kita juga melakukan pembelian terhadap beberapa barang modal yang ada dari AS Untuk melakukan pembangunan refinery, bagian daripada hilirisasi ke depan Itu kurang lebih sekitar US$ 8-10 miliar," tambahnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan sejumlah barang impor dari Amerika Serikat yang akan makin banyak diserap oleh Indonesia, untuk menyeimbangkan defisit neraca perdagangan AS terhadap Indonesia.

"Jadi ya, beberapa komoditas serta produk manufaktur yang dapat kita gunakan untuk persempit atau kurangi atau bahkan hilangkan surplus ini," kata Sri Mulyani dalam program First On CNBC, dikutip Senin (28/4/2025).

Sri Mulyani mengatakan, produk pertama yang akan menjadi target supaya neraca perdagangan antara AS dan Indonesia kembali surplus ialah produk agrikultur, seperti gandum, kedelai, jagung.

"Saya yakin bahwa di sini, di Amerika Serikat, produk pertanian memainkan peran penting dalam banyak konstituen di Amerika Serikat, yang menghasilkan gandum, kedelai, jagung," tegasnya.

"Ini semua adalah produk makanan atau produk pertanian yang juga dikonsumsi di Indonesia secara signifikan dan kami mengimpor tidak hanya dari Amerika Serikat tetapi juga banyak negara lain," tegasnya.

Produk kedua, ialah minyak dan gas bumi, khususnya gas cair atau yang dikenal dengan istilah LNG dan LPG. Menurutnya, komoditas itu sangat penting bagi Indonesia, karena Indonesia bukanlah negara yang menjadi produsen migas.

Ketiga, produk yang akan dioptimalisasi impornya ialah yang berasal dari perusahaan penerbangan AS, Boeing. Namun, ia tak mendetailkan produk apa saja yang akan ditambah impornya dari Boeing.

"Jadi ini semua adalah area di mana kita tentu dapat melakukan outsourcing minyak dan gas ini dari Amerika Serikat, termasuk produk Boeing dan sebagainya," tuturnya.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Dampak Tarif Resiprokal Trump Terhadap Indonesia

Next Article Video: BI Beberkan 5 Indikator Ekonomi Dunia Bakal Meredup ke Depan

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |