Nasib Bulu Mata RI di Ujung Tanduk: Digusur China, Tergerus Tren Korea

2 weeks ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia- Di balik gemerlap runway New York hingga panggung kecantikan Paris, ada sentuhan kecil dari Indonesia yang tak banyak disadari, bulu mata palsu buatan RI. Industri yang telah menjadi salah satu kekuatan ekspor nasional dengan nilai ratusan juta dolar.

Namun, di tengah pamornya yang mendunia, ekspor bulu mata RI justru menunjukkan tren penurunan dalam dua tahun terakhir. Pada 2024, ekspor bulu mata dengan kode HS 67041100 (bulu mata palsu sintetis) hanya mencapai US$130,44 juta, turun dari US$147,21 juta pada 2023 dan jauh dari puncaknya di US$209,80 juta pada 2022.

Sementara itu, bulu mata dengan kode HS 67041900 (bulu mata sintetis lainnya) mencatatkan ekspor US$62,72 juta pada 2024, juga mengalami kontraksi dari US$90,98 juta di 2023.

Amerika Serikat menjadi tujuan utama dengan nilai ekspor mencapai US$102,81 juta untuk kode HS 67041100 dan US$48,75 juta untuk kode HS 67041900. Selain itu, negara-negara Eropa seperti Jerman, Inggris, dan Perancis, serta Korea Selatan tetap menjadi pasar potensial bagi bulu mata asal Indonesia.

Mengapa bulu mata RI bisa mendominasi pasar global? sebagian besar bulu mata produksi Indonesia dibuat dengan tangan oleh pengrajin terampil, memberikan hasil yang lebih natural dan eksklusif dibandingkan bulu mata pabrikan dari China atau Vietnam. Ini menjadi daya tarik utama bagi pasar premium di Amerika dan Eropa.

Bulu mata RI dikenal lebih ringan, nyaman, dan tahan lama, terutama yang berbasis serat sintetis berkualitas tinggi. Hal ini membuatnya lebih disukai oleh makeup artist profesional hingga pengguna harian.

Pasar Amerika dan Korea Selatan, misalnya, cenderung menyukai tampilan natural dan wispy lashes, sementara di Eropa, permintaan lebih condong ke bulu mata voluminous dan dramatic. Indonesia mampu memenuhi beragam preferensi pasar ini dengan variasi produknya.


Beberapa merek global secara terang-terangan menyebutkan bahwa mereka mendapatkan pasokan bulu mata dari Indonesia, meningkatkan kredibilitas dan eksklusivitas produk buatan RI.

Meski masih menjadi pemain utama di pasar global, tren ekspor bulu mata RI mulai menunjukkan tanda perlambatan. Penyebabnya karena persaingan dari China & Vietnam
Negara-negara ini mulai memproduksi bulu mata dengan teknologi lebih maju dan harga lebih murah, menekan pangsa pasar produk Indonesia.

Selain itu, semenjak 2-3 tahun yang lalu tren kecantikan yang lebih minimalis di beberapa pasar utama, seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan, mulai mengurangi penggunaan bulu mata dramatis yang sebelumnya mendominasi pasar.
Tahun 2022 menjadi puncak ekspor bulu mata RI, kemungkinan besar karena lonjakan permintaan setelah pandemi. Namun, ketika kondisi mulai normal, konsumsi produk kecantikan mengalami penyesuaian kembali.

Lalu juga negara-negara Uni Eropa yang mulai memperketat standar produk kecantikan, terutama terkait bahan baku yang digunakan dalam bulu mata sintetis. Ini bisa menjadi tantangan bagi industri bulu mata RI jika tidak mampu beradaptasi dengan regulasi baru.

Meskipun ekspor sedang mengalami penyesuaian, industri bulu mata RI masih memiliki peluang besar untuk bertahan dan bahkan bangkit kembali. Beberapa strategi yang bisa dilakukan antara lain seperti menyesuaikan produk dengan tren pasar, fokus pada produk yang lebih ringan dan natural untuk mengikuti perubahan tren makeup global. Lalu memasarkan produk dengan nilai lebih sebagai produk handmade dan ethical, yang semakin dicari di Eropa dan Amerika.

Selain Amerika dan Eropa, pasar Timur Tengah dan Amerika Latin berpotensi menjadi destinasi baru ekspor bulu mata RI.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |