Jakarta, CNBC Indonesia - Persaingan pasar kendaraan di Indonesia makin panas. Mobil bensin yang semula menguasai pasar kini mulai kehilangan pangsanya, terlihat di bulan lalu dimana segmen mobil listrik BEV menguasai 18% pasar, tertinggi sepanjang sejarah.
Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, kini harga menjadi senjata utama pabrikan China untuk merebut pasar, terutama kalangan muda yang haus teknologi dan pengalaman berkendara baru. Strategi agresif produsen China memang sengaja didesain untuk menguasai pasar domestik.
"Produsen BEV dari China menerapkan strategi subsidi harga yang agresif buat menekan pasar," kata Yannes kepada CNBC Indonesia, Selasa (18/11/2025).
"Mereka jual BEV dengan harga yang makin lama makin murah, bahkan bisa lebih terjangkau dibanding HEV sekelasnya. Strategi ini tampaknya di tahun-tahun mendatang akan bikin HEV yang lebih mahal dari ICE sekelasnya berpotensi jadi kurang menarik dari sisi Harga," tambahnya.
Dengan kombinasi harga makin murah, teknologi lebih maju, dan insentif pemerintah, mobil listrik murah asal China kini menjadi primadona baru di pasar Indonesia. Kondisi ini tercermin dari data terbaru penjualan mobil listrik. Terlihat brand China mampu menjual puluhan ribu kendaraan meski belum menutup akhir tahun.
"Data GAIKINDO sampai Oktober 2025 pun menunjukkan lonjakan penjualan BEV China, seperti BYD yang mencapai 30.670 unit dan Chery 16.720 unit. Angka ini jelas menunjukkan kalau strategi mereka berhasil menggeser minat pasar, khususnya dari generasi muda," ujarnya.
Fenomena ini bukan sekadar soal harga.
Pemain muda di pasar otomotif Indonesia kini jauh lebih melek teknologi dan tak segan berpindah merek demi pengalaman berkendara yang lebih modern. Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin BEV akan menjadi pilihan utama konsumen mass market, menggusur dominasi mobil bensin murah yang selama ini paling laku.
"Nah, masalahnya bukan cuma di harga. Sekarang pembeli makin banyak dari kalangan muda yang lebih tech-savvy dan nggak terlalu loyal sama merek-merek lama. Mereka lebih tertarik sama pengalaman baru yang ditawarkan BEV yakni desain keren, fitur digital yang modern, dan konektivitas canggih," tambah Yannes.
Insentif pemerintah juga membuat BEV makin tak terbendung. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) hanya 10% dan PPnBM 0% jelas memberi keuntungan besar dibanding HEV maupun mobil bensin murah seperti LCGC.
Hasilnya BEV seperti BYD Atto 1 hanya dibanderol Rp 195 juta, bisa lebih murah dari Honda Brio Satya yang versi termahalnya kini di atas Rp 200 juta.
"BEV mendapat insentif lebih besar yakni PPN 10% dan PPnBM 0% serta didorong strategi bakar uang produsen China. Harga BEV kini mendekati atau bahkan lebih murah dari HEV dan mobil ICE LCGC, yang membuatnya lebih menarik di segmen harga sensitive," kata Yannes.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Terduga! Bukan Harga, Ini Alasan Utama Orang RI Beli Mobil Listrik

5 hours ago
3

















































