Jakarta, CNBC Indonesia - PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mencatat pendapatan hingga kuartal III tahun 2025 sebesar US$935 juta, sementara EBITDA meningkat 22% menjadi US$140 juta, mencerminkan ketahanan margin di tengah dinamika operasional dan biaya.
"Kinerja 9M 2025 menegaskan fokus MBMA pada penciptaan nilai, bukan semata peningkatan volume," kata Teddy Oetomo, Presiden Direktur PT Merdeka Battery Materials Tbk dalam keterangan resminya, Kamis (18/12).
Dari sisi produksi, hingga September 2025 tambang nikel SCM memproduksi 14,5 juta ton bijih, meningkat 68% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan produksi ini terdiri dari kenaikan produksi limonit sebesar 48% dan saprolit sebesar 135% dibandingkan tahun 2024.
Margin bijih nikel tetap terjaga sepanjang sembilan bulan 2025, meskipun terdapat dampak dari penerapan mandatori bahan bakar B40 serta kenaikan tarif royalti. Margin tetap terjaga karena MBMA berhasil menekan biaya melalui disiplin operasional dan peningkatan efisiensi.
MBMA mencatat biaya kas sesuai dengan panduan, yakni di bawah US$25 per wmt untuk saprolit dan US$13 per wmt untuk limonit.
Selama periode tersebut, smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) menghasilkan 52.863 ton NPI, turun 17% YoY akibat pemeliharaan RKEF yang telah dijadwalkan.
Meski demikian, pada hingga kuartal III tahun 2025 MBMA mencatat margin NPI yang kuat sebesar US$1.866 per ton nikel (tNi), didukung oleh berkurangnya ketergantungan pada pasokan saprolit pihak ketiga serta penggunaan sumber energi yang lebih terintegrasi.
"Perbaikan margin NPI dan biaya kas mencerminkan manfaat dari model terintegrasi penambangan hingga pengolahan, khususnya melalui peningkatan penggunaan bijih saprolit dari sumber internal serta solusi energi yang lebih efisien," ungkapnya.
Saat ini, 80% bijih nikel yang digunakan pada fasilitas RKEF berasal dari Tambang SCM, meningkat dari 48% pada 9M 2024. Pada Oktober 2025, MBMA kembali memulai produksi HGNM setelah memperoleh kontrak dengan ketentuan ekonomi yang lebih menguntungkan.
Produksi HGNM sebelumnya dihentikan sementara pada Maret 2025 sebagai bagian dari keputusan strategis untuk memprioritaskan produk NPI dengan margin yang lebih tinggi.
Di sisi lan, MBMA terus berinvestasi pada proyek-proyek pertumbuhan strategis, termasuk pengembangan fasilitas pengolahan High Pressure Acid Leach (HPAL) yang terintegrasi melalui kemitraan dengan perusahaan bahan baku baterai.
PT ESG New Energy Material (PT ESG) dan PT Meiming saat ini telah berproduksi menggunakan Feed Preparation Plant (FPP) yang tersedia di kawasan IMIP. Produksi diharapkan meningkat setelah FPP dan infrastruktur pipa dari tambang SCM mulai beroperasi pada kuartal keempat 2025 (4Q25).
Sementara itu, PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) terus melanjutkan pembangunan pabrik HPAL dengan kapasitas 90.000 ton per tahun, dengan komisioning lini produksi pertama ditargetkan pada pertengahan 2026. "Proyek-proyek strategis lainnya juga berjalan sesuai jadwal, termasuk fasilitas Pabrik AIM (Acid Iron Metal) yang dioperasikan oleh PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI)," imbuhnya.
Ia juga menyampaikan, proses komisioning pabrik klorida dan katoda tembaga saat ini berada pada tahap akhir, dan seluruh fasilitas utamatermasuk pabrik pirit, asam, logam klorida, dan katoda tembaga diharapkan mulai beroperasi pada akhir 2025. "Kami tetap berfokus pada penguatan margin, percepatan proyek hilirisasi, serta menjaga ketahanan keuangan MBMA," pungkasnya.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]

12 hours ago
4

















































